"Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan - kesalahan yang ia lakukan, dan akan mencoba kembali untuk melakukan dalam suatu cara yang berbeda"

Kamis, 30 Juni 2011

Perencanaan Laba dan Anggaran

Definisi dan Penjelasan Perencanaan Laba dan Penganggaran :
Laba perencanaan:

Perencanaan laba dapat didefinisikan sebagai himpunan langkah-langkah yang diambil oleh perusahaan untuk mencapai tingkat yang diinginkan keuntungan. Perencanaan dilakukan melalui penyusunan sejumlah anggaran, yang, ketika dibawa melalui, dari rencana bisnis terpadu yang dikenal sebagai anggaran induk . Para Anggaran induk adalah penting manajemen alat yang mengkomunikasikan rencana manajemen di seluruh organisasi, sumber daya mengalokasikan, dan kegiatan koordinat.
Penganggaran:

Anggaran adalah rencana rinci untuk memperoleh dan menggunakan sumber daya keuangan dan lainnya selama periode waktu tertentu. Ini merupakan rencana untuk masa depan yang diungkapkan dalam istilah kuantitatif formal. Tindakan mempersiapkan anggaran disebut penganggaran. Penggunaan anggaran untuk mengendalikan kegiatan perusahaan disebut kontrol anggaran.

Guru anggaran adalah ringkasan dari rencana perusahaan yang menetapkan target spesifik untuk penjualan, produksi, distribusi, dan aktivitas pendanaan. Hal ini biasanya berpuncak pada anggaran kas , sebuah laporan laba rugi dianggarkan , dan neraca anggaran . Singkatnya, itu merupakan ekspresi yang komprehensif rencana manajemen untuk masa depan dan bagaimana rencana ini harus diselesaikan.
Perbedaan Antara Perencanaan dan Pengendalian :

Perencanaan jangka panjang dan kontrol yang sering bingung, dan kadang-kadang istilah ini digunakan sedemikian rupa untuk menunjukkan bahwa mereka berarti hal yang sama. Sebenarnya, perencanaan dan pengendalian adalah dua konsep yang sangat berbeda Perencanaan meliputi pengembangan obyek dan menyiapkan berbagai anggaran untuk mencapai anggaran.. Kontrol melibatkan langkah yang diambil oleh manajemen untuk meningkatkan kemungkinan bahwa tujuan yang ditetapkan pada tahap perencanaan tercapai dan bahwa semua bagian organisasi bekerja bersama menuju tujuan itu. Untuk benar-benar efektif, sistem anggaran yang baik harus menyediakan perencanaan baik kontrol. Perencanaan yang baik tanpa kontrol membuang-buang waktu.
Keuntungan dan Kekurangan Anggaran :

Perusahaan menyadari banyak keuntungan / Manfaat dari program penganggaran. Diantara manfaat ini adalah sebagai berikut:
Anggaran menyediakan sarana mengkomunikasikan rencana manajemen melalui organisasi .
Anggaran memaksa manajer untuk memikirkan dan merencanakan masa depan. Dengan tidak adanya keharusan untuk mempersiapkan anggaran, mangers banyak akan menghabiskan seluruh waktu mereka berurusan dengan keadaan darurat sehari-hari.
Proses penganggaran menyediakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya untuk bagian-bagian dari organisasi di mana mereka dapat digunakan paling efektif
Proses penganggaran dapat mengungkap banyak potensi kemacetan sebelum mereka terjadi.
Anggaran mengkoordinasikan aktivitas seluruh organisasi dengan mengintegrasikan rencana dari berbagai bagian organisasi. Penganggaran membantu untuk memastikan bahwa setiap orang dalam organisasi adalah menarik dalam arah yang sama.
Anggaran memberikan tujuan dan sasaran yang dapat berfungsi sebagai patokan untuk mengevaluasi kinerja selanjutnya.

Kerugian / Keterbatasan Anggaran:

Sementara anggaran dapat menjadi bagian penting dari setiap aktivitas pemasaran mereka memiliki sejumlah kelemahan, terutama dalam hal persepsi.

Anggaran dapat dilihat sebagai perangkat tekanan yang dikenakan oleh manajemen, sehingga mengakibatkan:

a) hubungan kerja yang buruk
b) tidak akurat pencatatan.

Departemen konflik muncul karena:

a) perselisihan alokasi sumber daya
b) departemen saling menyalahkan jika target tidak tercapai.

Sulit untuk mendamaikan tujuan pribadi / individu dan korporasi.

Limbah mungkin timbul sebagai manajer mengadopsi melihat, "kita lebih baik menghabiskan atau kita akan kehilangan". Hal ini sering digabungkan dengan "membangun kerajaan" dalam rangka untuk meningkatkan prestise departemen.

Tanggung Jawab vs mengendalikan, yaitu beberapa biaya berada di bawah pengaruh lebih dari satu orang, biaya listrik misalnya.

Manajer mungkin melebih-lebihkan biaya sehingga mereka tidak akan disalahkan di masa depan harus mereka menyebar uang.

Akuntansi Tanggung Jawab :

Konsep akuntansi pertanggungjawaban sangat penting dalam perencanaan laba. Ide dasar dibalik akuntansi pertanggungjawaban adalah bahwa seorang manajer harus bertanggung jawab untuk barang-barang yang benar-benar dapat mengontrol manajer sampai batas yang signifikan. Setiap item baris (yaitu, pendapatan atau biaya) dalam anggaran dibuat tanggung jawab seorang manajer, dan manajer yang bertanggung jawab atas penyimpangan anggaran berikutnya antara tujuan dan hasil aktual. Seseorang harus bertanggung jawab untuk setiap biaya atau yang lain tidak ada yang akan bertanggung jawab, dan biaya pasti akan tumbuh di luar kendali.

Menjadi bertanggung jawab untuk biaya tidak berarti bahwa manajer dihukum jika hasil yang sebenarnya tidak mengukur sampai tujuan dianggarkan. Namun, manajer harus mengambil inisiatif untuk memperbaiki perbedaan yang tidak menguntungkan, harus memahami sumber perbedaan yang signifikan menguntungkan atau tidak menguntungkan, dan harus siap untuk menjelaskan alasan-alasan perbedaan untuk manajemen yang lebih tinggi. Titik dari sistem tanggung jawab yang efektif adalah untuk memastikan bahwa tidak ada yang "jatuh melalui celah-celah" bahwa organisasi bereaksi dengan cepat dan tepat untuk penyimpangan dari rencana, dan bahwa organisasi belajar dari umpan balik itu akan dengan membandingkan tujuan dianggarkan untuk hasil aktual. Intinya adalah bukan untuk menghukum individu untuk target hilang.


Memilih Periode Anggaran :

Anggaran operasional biasanya mencakup satu periode tahun sesuai dengan tahun fiskal perusahaan. Banyak perusahaan membagi tahun anggaran mereka menjadi empat. Kuartal pertama ini kemudian dibagi menjadi bulan, dan biasanya anggaran dikembangkan. Angka-angka ini waktu dekat sering dapat didirikan dengan cukup akurat. Tiga perempat terakhir yang dapat dibawa dalam anggaran di total kuartalan saja. Sebagai kemajuan tahun, angka kuartal kedua dipecah menjadi jumlah bulanan, maka angka kuartal ketiga dipecah, dan sebagainya. Pendekatan ini memiliki keuntungan yang membutuhkan review berkala dan penilaian kembali data anggaran sepanjang tahun.

Kontinu atau terus-menerus anggaran yang digunakan oleh sejumlah besar organisasi. Anggaran terus menerus atau perpetual adalah 12 bulan anggaran yang gulungan maju satu bulan (atau seperempat) sebagai bulan berjalan (atau seperempat) selesai. Dengan kata lain, satu bulan (atau seperempat) ditambahkan ke akhir anggaran sebagai setiap bulan (atau seperempat) datang untuk menutup. Pendekatan ini membuat manajer fokus setidaknya satu tahun ke depan. Pendekatan ini membuat manajer berfokus pada masa depan setidaknya satu tahun ke depan. Para pendukung anggaran terus menerus berpendapat bahwa dengan pendekatan ini kurang ada bahaya bahwa manajer akan menjadi terlalu sempit fokus pada hasil jangka pendek.

Pengantar Akuntansi Keprilakuan

Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) adalah cabang
akuntansi yang mempelajari hubungan antara perilaku manusia
dengan sistem akuntansi (Siegel, G. et al. 1989). Istilah sistem
akuntansi yang dimaksud di sini dalam arti yang luas yang meliputi
seluruh desain alat pengendalian manajemen yang meliputi sistem
pengendalian, sistem penganggaran, desain akuntansi
pertangungjawaban, desain organisasi seperti desentralisasi atau
sentralisasi, desain pengumpulan biaya, desain penilaian kinerja
serta pelaporan keuangan. Secara lebih terinci ruang lingkup
akuntansi keperilakuan meliputi:
1) mempelajari pengaruh antara
perilaku manusia terhadap desain, konstruksi, dan penggunaan
sistem akuntansi yang diterapkan dalam perusahaan, yang
berarti bagaimana sikap dan gaya kepemimpinan manajemen
mempengaruhi sifat pengendalian akuntansi dan desain
organisasi;
2) mempelajari pengaruh sistem akuntansi terhadap
perilaku manusia, yang berarti bagaimana sistem akuntansi
mempengaruhi motivasi, produktivitas, pengambilan keputusan,
kepuasan kerja dan kerja sama;
3) metode untuk memprediksi
perilaku manusia dan strategi untuk mengubahnya, yang berarti
bagaimana sistem akuntansi dapat dipergunakan untuk
mempengaruhi perilaku.
Sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (behavioral science), teori-
teori akuntansi keperilakuan dikembangkan dari penelitian empiris
atas perilaku manusia di organisasi. Dengan demikian,
peranan penelitian dalam pengembangan ilmu itu sendiri sudah
tidak diragukan lagi. Ruang lingkup penelitian di bidang akuntansi
keperilakuan sangat luas sekali, tidak hanya meliputi bidang
akuntansi manajemen saja, tetapi juga menyangkut penelitian
dalam bidang etika, auditing (pemeriksaan akuntan), sistem
informasi akuntansi bahkan juga akuntansi keuangan. Untuk
membatasi permasalahan, dalam tulisan ini penulis hanya
membatasi pada penelitian dalam bidang akuntansi manajemen
saja.


1. Tinjauan Umum

Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan
informasi keuangan yang digunakan oleh para pemakainya
dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Tujuan informasi
tersebut adalah memberikan petunjuk dalam memilih
tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber
daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Motivasi
dan perilaku dari pelaksana sistem informasi akuntansi
menjadi aspek penting dari suatu sistem informasi akuntansi.
Pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu pemakai internal (internal user) dan pemakai
eksternal (external user). Pemakaian oleh pihak internal
dimaksudkan untuk melakukan serangkaian evaluasi kinerja.
Pihak eksternal juga memiliki suatu rangkaian perilaku yang
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan organisasi.
Pihak eksternal sama dengan pihak internal, tetapi mereka
labih berfokus pada jumlah investasi yang mereka lakukan
dalam organisasi tersebut.
Binberg dan Shields (1989) mengklasifikasikan riset akuntansi
keperilakuan dalam lima aliran (school) , yaitu :
1. Pengendalian manajemen (management control)
2. Pemrosesan informasi akuntansi (accounting information
processing)
3. Desain sistem informasi (information system design)
4. Riset audit (audit research)
5. Sosiologi organisasional (organizational sociology)

Informasi akuntansi dirancang untuk suatu dasar bagi pengambilan banyak keputusan penting di dalam maupun diluar perusahaan. Sistem informasi dimanfaatkan untuk
membantu dalam proses perencanaan, pengkoordinasian dan pengendalian yang kompleks, serta aktivitas yang saling berhubunga untuk memotivasi orang-orang pada semua
tingkatan didalam perusahaan Awal perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek akuntansi manajemen khususnya penganggaran (budgeting), namun
yang dominan dalam hal ini terus berkembang dan bergeser searah akuntansi keuangan, sistem informasi akuntansi, danaudit. Banyak volume riset atas akuntansi keperilakuan dan meningkatnya sifat spesialisasi riset, serta tinjauan studi
secara periodik, akan memberikan manfaat untuk beberapa tujuan berikut ini :
- Memberikan gambaran state of the art terhadap minat
khusus dalam bidang baru yang ingin diperkenankan
- Membantu dalam mengindentifikasikan kesenjangan riset
- Untuk meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset melalui sebidang akuntansi, seperti audit, akuntansi manajemen dan perpajakan
Perkembangan yang pesat dalam akuntansi keperilakuan lebih disebabkan karena akuntansi secara simultan dihadapkan dengan ilmu-ilmu social secara menyeluruh.
Akuntansi keperilakuan menggunakan metodelogi ilmu pengetahuan perilaku untuk melengkapi gambaran informasi dengan mengukur dan melaporkan faktor manusia yang
mempengaruhi keputusan bisnis dan hasil mereka. Akuntansi keperilakuan menyediakan suatu kerangka yang disusun berdasarkan teknik berikut ini :
- Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis
terhadap orang-orang dan kinerja perusahaan
- Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat
yang relevan terhadap perencanaan strategis
- Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan implementasi kebijakan perusahaan


2. Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan

Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru
yang secara luas berhubungan dengan perilaku individu,kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan
dengan proses informasi akuntansi dan audit. Studi terhadap
perilaku akuntan atau perilaku dari non akuntan telah banyak
dipengaruhi oleh fungsi akuntan dan laporan (Hofstede dan
Kinerd, 1970). Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah
yang berhubungan dengan:
1. Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan
dan auditor.
2. Pengaruh dari fungsi akuntansi seperti partisipasi dalam
penyusunan anggaran, karakteristik sistem informasi,
dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan,
manajer, investor, maupun Wajib Pajak.
3. Pengaruh dari hasil fungsi tersebut, seperti informasi
akuntansi dan pengunaan pertimbangan dalam pembuatan keputusan
Pada bulan Juni 1951, Controllership Foundation of America mensponsori suatu riset untuk menyelidiki dampak anggaran terhadap manusia. Sejumlah penjelasan dan kesimpulan dari hasil riset mengenai perangkap keperilakuan pada anggaran
dan pembuatan anggaran dalam banyak pemikiran masih bersifat sementara, dan oleh karena itu masih perlu disempurnakan.
Paradigma riset perilaku yang dilakukan oleh Steadry (1960) dalam disertasinya telah menggali pengaruh anggaran motivasional dengan menggunakan suatu eksperimen analog. Selanjutnya disusul oleh karya Benston (1963) serta Churcil dan Cooper (1965) yang memfokuskan pada akuntansi manajerial dan pengaruh fungsi akuntansi pada perilaku. Riset-riset ini berlanjut pada tahun 1970-an dengan satu rangkaian studi oleh Mock (1969-1973), Barefield (1972), Magee dan Dickhout (1978), Benbasat dan Dexter (1979).
Fokus dari studi-studi tersebut adalah pada akuntansi manajerial, namun penekanannya mengalami pergeseran dari pengaruh fungsi akuntansi ke perilaku terhadap pemrosesan informasi oleh pembuat keputusan. Studi yang mempengaruhi bidang ini dilakukan oleh Ashton (1974) dan Libby (1975), yang membantu membentuk suatu standar dalam desain eksperimental dan validitas internal untuk pertimbangan riset yang diikuti. Mulai dari tahun 1960 sampai 1980-an, jumlah artikel
mengenai akuntansi keperilakuan semakin meningkat. Artikel pertama menggambarkan mengenai akuntansi keperilakuan, sementara artikel selanjutnya membahas mengenai teori dan konsep ilmu pengetahuan keperilakuan dalam kaitannya dengan akuntansi serta implikasinya bagi prinsip-prinsip akuntansi dan praktisnya. Pertumbuhan studi akuntansi keperilakuan mulai muncul dan berkembang, terutama diprakarsai oleh akademisi profesi akuntan. Penggabungan aspek-aspek perilaku pada akuntansi menunjukkan adanya pertumbuhan minat akan bidang riset ini. Berbagai variabel
perilaku yang terus dipelajari oleh para akuntan terkaitdengan akuntansi

3. Landasan Teori dan Pendekatan Akuntansi Keperilakuan

Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntasi manajemen masih sangat sederhana, yaitu hanya
memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan harga
pokok produk. Berbagai riset tersebut masih bersifat
normative, yaitu hanya mengangkat permasalahan mengenai desain pengendalian manajemen dengan berbagai model
seperti arus kas yang didiskonto atau pemrograman linear
guna membantu manajer membuat keputusan ekonomi yang
optimal, tanpa melibatkan factor-faktor lain yang
mempengaruhi efektivitas desain pengendalian manajemen
seperti perilaku manusia serta kondisi lingkungan organisasi.
Namun sejak tahun 1950-an, desain riset lebih bersifat
deskriptif dan diharapkan lebih bisa menggambarkan kondisi
nyata yang dihadapi oleh pelaku organisasi.
Riset akuntasi keperilakuan pada awalnya dirancang dengan
pendekatan universal. Tetapi karena pendekatan ini memiliki
banyak kelemahan, maka segera muncul pendekatan lain
yang selanjutnya mendapat perhatian besar dalam bidang
riset, yaitu pendekatan kontijensi. Variable kontijensi yang
mempengaruhi desain system pengendalian manajemen
adalah :
1. Ketidakpastian
2. Teknologi dan saling ketergantungan
3. Industri, perusahaan dan unit variable
4. Strategi kompetitif
5. Faktor-faktor yang dapat diamati.
Hidayati (2002) menjelaskan bahwa sebagai bagian dari ilmu
keperilakuan (behavior science), teori-teori akuntansi
keperilakuan dikembangkan dari riset empiris atas perilaku
manusia dalam organisasi. Dengan demikian, peranan riset
dalam pengembangan ilmu itu sendiri tidak diragukan lagi.


Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif

Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang
akuntansi manajemen masih sangat sederhana, yaitu hanya
memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan harga
pokok produk. Seiring dengan perkembangan teknologi
produksi, permasalahan riset diperluas dengan diangkatnya
topic mengenai penyusunan anggaran, akuntansi
pertanggungjawaban, dan masalah harga transfer. Meskipun
demikian, berbagai riset tersebut masih bersifat normatif.
Pada tahun 1952 C. Argyris menerbitkan risetnya pada tahun
1952, desain riset akuntansi manajemen mengalami
perkembangan yang signifikan dengan dimulainya usaha
untuk menghubungkan desain system pengendalian
manajemen suatu organisasi dengan perilaku manusia. Sejak
saat itu, desain riset lebih bersifat deskriptif dan diharapkan
lebih bisa menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi oleh
para pelaku organisasi.
Dari Pendekatan Universal ke Pendekatan Kontijensi
Riset keperilakuan pada awalnya dirancang dengan
pendekatan universal (universalistic approach), seperti riset
Argyris (1952), Hopwood (1972), dan Otley (1978). Tetapi,
karena pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, maka
segera muncul pendekatan lain yang selanjutnya mendapat
perhatian besar dalam bidang riset, yaitu pendekatan
kontinjensi (contingency approach).
Berbagai riset yang menggunakan pendekatan kontinjensi
dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi berbagai variabel
kontinjensi yang mempengaruhi perancangan dan
penggunaan sistem pengendalian manajemen. Secara
ringkas, berbagai variabel kontinjensi yang mempengaruhi
desain system pengendalian manajemen tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Ketidakpastian (uncertainty) seperti tugas, rutinitas, repetisi,
dan faktor-faktor eksternal lainnya.
2. Teknologi dan saling ketergantungan (technology and interdependence) seperti proses produksi, produk masal, dan lainnya.
3. Industri, perusahaan, dan unit variabel seperti kendala masuk
ke dalam industri, rasio konsentrasi, dan ukuran perusahaan.
4. Strategi kompetitif (competitive strategy) seperti penggunaan
biaya rendah atau keunikan.
5. Faktor-faktor yang dapat diamati (observability factor) seperti
desentralisasi, sentralisasi, budaya organisasi dan lainnya
Chenhall dan Morris meneliti tentang hubungan antara
variabel kontinjensi ketidakpastian lingkungan dan
ketergantungan organisasi terhadap hubungan antara
struktur organisasi dan persepsi atas manfaat sistem
akuntansi.

Minggu, 26 Juni 2011

Revaluasi Aset Tetap (Penilaian Kembali Aset Tetap)

REVALUASI ASET TETAP
Revaluasi adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut di pasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain, sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar.
Tujuan penilaian kembali :
Tujuan penilaian kembali aset tetap perusahaan dimaksudkan agar perusahaan dapat melakukan perhitungan penghasilan dan biaya lebih wajar sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai perusahaan yang sebenarnya.
 Manfaat :
(1) Neraca menunjukan posisi kekayaan yang wajar.
(2) Kenaikan niali aset tetap, mempunyai konsekuensi naiknya beban penyusutan aset tetap yang dibebankan ke dalam laba rugi, atau dibebankan ke harga pokok produksi.
 Kendala
Kendala yang dihadapi untuk melakukan revaluasi ini :
Kegiatan revaluasi ini tergolong kegiatan yang tidak mudah untuk dilaksanakan dan memerlukan biaya yang besar untuk membayar jasa penilai.


 Aset Tetap yang Dapat Dinilai Kembali
Aset tetap perusahaan yang dapat dinilai kembali adalah aset tetap berwujud yang terletak atau yang berada di Indonesia yang dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan ojek pajak.
 Nilai Pasar atau Nilai Wajar
Penilaian kembali aset tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aset tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali yang ditetapkan oleh perusahaan jasa atau ahli penilai yang diakui/ memperoleh izin pemerintah.

Salah satu perbedaan pokok antara PSAK No. 16 (2007) tersebut dibandingkan dengan PSAK No. 16 (1994) adalah dalam hal pengukuran setelah pengakuan awal. Pada PSAK No.16 (2007) disebutkan bahwa suatu entitas harus memilih model biaya (cost model) atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansi suatu entitas dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. Apabila entitas menggunakan model biaya maka setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. Model biaya ini sama perlakuannya dengan standar akuntansi yang sudah ada sebelumnya.
Sedangkan pada model revaluasian, setelah diakui sebagai suatu aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi, dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup regular untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca.

Sedangkan dalam PSAK No.16 (1994) suatu entitas hanya diperkenankan menggunakan model biaya dan tidak diperkenankan menggunakan model revaluasian. Karena itu tidak ada uraian lebih lanjut mengenai revaluasi aset tetap. Namun demikian dalam PSAK 1994 terdapat pengecualian yaitu suatu entitas diperkenankan melakuan revaluasi atas aktiva tetap sepanjang revaluasi tersebut dilakukan dengan mengikuti peraturan pemerintah. Dalam hal ini peraturan pemerintah yang relevan adalah peraturan dibidang perpajakan. Kewajiban tersebut diantaranya adalah pengenaan pajak penghasilan final atas kenaikan aktiva tetap sebagai hasil revaluasi dan pencatatan atas hasil revaluasi yang dilakukan. Pengecualian ini dilakukan untuk mengakomodasi mekanisme pencatatan apabila suatu entitas melakukan revaluasi untuk tujuan perpajakan. Keputusan Menteri Keuangan No.486/KMK/.03/2002 mewajibkan bahwa atas kenaikan hasil revaluasi aset tetap dicatat dalam akun selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan. Oleh karena itu salah satu pertimbangan penting dalam melakukan revaluasi aset tetap berdasarkan PSAK 16 (1994) adalah bagaimana dampak perpajakannya.

Dengan mengadopsi model revaluasian sesuai PSAK 16 (2007) maka revaluasi aset tetap dalam rangka penyajian laporan keuangan tidak lagi harus mengikuti ketentuan perpajakan. Suatu entitas yang memilih model revaluasian mempunyai pilihan untuk melaporkan atau tidak atas hasil revaluasi untuk tujuan perpajakan. Apabila entitas bermaksud tidak melaporkan hasil revaluasian tersebut untuk tujuan perpajakan maka akan terjadi beda temporer antara laporan keuangan dengan laporan fiskalnya sehingga pengaruh pajak tangguhan atas revaluasi tersebut perlu dihitung.

Beberapa paragraf dalam PSAK 16 (2007) menjelaskan mengenai nilai wajar aset tetap pada saat revaluasian. Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi professional berdasarkan bukti pasar. Jika tidak ada nilai wajar karena sifat dari aset tetap yang khusus dan jarang diperjual-belikan, kecuali sebagai bagian dari bisnis yang berkelanjutan, entitas dapat menggunakan pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan. Belum ada pedoman yang lebih lanjut mengenai bagaimana suatu entitas atau profesi penilai dalam menentukan nilai wajar. Bahkan dalam kasus penentuan nilai wajar pabrik dan peralatan PSAK cenderung menyerahkan kepada profesi penilai. Sehingga dikhawatirkan akan mengurangi reliabilitas laporan keuangan.

PSAK 16 (2007) menyebutkan bahwa frekuensi revaluasi tergantung kepada perubahan nilai wajar dari suatu aset tetap yang direvaluasi. Jika terjadi perbedaan nilai wajar secara material dari jumlah yang tercatat maka revaluasi selanjutnya perlu dilakukan. Beberapa aset tetap yang mengalami perubahan nilai wajar signifikan dan fluktuatif perlu dilakukan revaluasi setiap tahun. Sedangkan untuk perubahan nilai wajar yang tidak signifikan tidak perlu dilakukan revaluasi setiap tahun. Namun demikian, aset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun sekali.

Pengelompokan aset tetap merupakan hal yang penting dan harus diperhatikan oleh entitas pada saat melakukan revaluasi aset tetap. PSAK 16 (2007) menyebutkan bahwa jika suatu aset tetap direvaluasi, maka seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama harus direvaluasi.
Definisi suatu kelompok aset tetap menurut PSAK 16 (2007) adalah pengelompokan aset yang memiliki sifat dan kegunaan yang serupa dalam operasi normal entitas. Contoh dari kelompok aset yang terpisah adalah: tanah, tanah dan bangunan, mesin, kapal, pesawat udara, kendaraan bermotor, perabotan, dan peralatan kantor. Oleh karena itu system informasi akuntansi suatu entitas perlu didisain sedemikian rupa sehingga mampu membuat kelompok-kelompok aset tetap sesuai dengan PSAK ini.


Aset-aset dalam suatu kelompok aset tetap harus direvaluasi secara bersamaan bertujuan untuk menghindari revaluasi aset secara selektif dan bercampurnya biaya perolehan dan nilai lainya pada saat yang berbeda-beda. Namun, suatu kelompok aset dapat direvaluasi secara bergantian (rolling basis) sepanjang revaluasi dari kelompok aset tersebut dapat diselesaikan secara lengkap dalam waktu yang singkat dan sepanjang revaluasi dimutakhirkan.
Pada saat dilakukan revaluasi, apabila jumlah tercatat aset meningkat maka kenaikan tersebut langsung dikreditkan ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun apabila sebelumnya pernah diakui penurunan nilai aset akibat revaluasi dalam laporan laba rugi, maka terhadap kenaikan aset tersebut harus diakui terlebih dahulu dalam laporan laba rugi sebesar nilai penurunan yang diakui sebelumnya. Sisa nilai setelah sebagian diakui dalam laporan laba rugi tersebut dicatat sebagai kenaikan yang langsung dikreditkan ke ekuitas. Pengaruh pajak tangguhan perlu dihitung dan disesuaikan dengan bagian yang diakui dalam laporan laba rugi tersebut.
Pada saat dilakukan revaluasi, apabila jumlah tercatat aset turun maka penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Namun apabila sebelumnya terhadap aset tersebut penah dilakukan revaluasi dan dicatat sebagai kenaikan yang langsung dikreditkan ke ekuitas maka terhadap penurunan nilai akibat revaluasi tersebut langsung didebitkan ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi dengan catatan jumlah maksimal yang dapat didebet adalah sebesar saldo surplus revaluasi. Sisa nilai penurunan dibebankan ke laporan laba rugi.
Dampak atas pajak penghasilan, jika ada, terhadap kenaikan atau penurunan nilai aset akibat hasil revaluasi harus diperhitungkan dan dicatat sesuai dengan pencatat kenaikan atau penurunan revaluasi. Pajak tangguhan diperhitungkan dan dibebankan ke ekuitas atau laporan laba rugi mengikuti mekanisme pengakuan hasil revaluasi.
Pada saat aset tetap direvaluasi, akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi dapat diperlakukan dengan salah satu cara yaitu:
1. disajikan kembali secara proporsional sehingga dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto dari aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasian. Metode ini sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara memberikan indeks untuk menentukan biaya pengganti yang telah disusutkan.

2. dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto dari aset dan jumlah tercatat neto setelah dieliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini sering digunakan untuk bangunan.

Jumlah penyesuaian yang timbul dari penyajian kembali atau eliminasi akumulasi penyusutan tersebut membentuk bagian kenaikan atau penurunan nilai aset seperti yang dijelaskan dalam mekanisme pencatatan hasil revaluasi di ekuitas seperti yang dijelaskan dalam paragraf sebelumnya.
Pemindahan surplus revaluasi aset tetap ke laba ditahan yang telah disajikan dalam ekuitas dapat dilakukan pada saat aset tetap tersebut dihentikan penggunaannya atau pada saat pelepasan. Namun, sebagian surplus revaluasi dipindahkan ke saldo laba sejalan dengan penggunaan aset oleh entitas. Pemidahan tersebut dilakukan sebesar selisih jumlah penyusutan antara jumlah penyusutan berdasarkan nilai revaluasian dengan jumlah penyusutan berdasarkan biaya perolehan aset tersebut. Namun pemindahan surplus revaluasi tersebut dilakukan langsung ke saldo laba, tidak melalui laporan laba rugi.


PENGAKUAN
Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika :
a)Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas; dan
b)Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Suku cadang utama, peralatan pemeliharaan, penggantian dan inspeksi dapat diakui sebagai aset tetap.
Jika kriteria pengakuan terpenuhi, biaya tersebut diakui dan jumlah tercatat komponen yang diganti atau inspeksi terdahulu dihentikan pengakuannya.

PENGUKURAN
Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset tetap pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan.

Biaya perolehan aset tetap terdiri dari:
a) Harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain;
b) biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen
c) Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul
–ketika aset tersebut diperoleh, atau
–karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan.

PENGUKURAN SETELAH PENGAKUAN AWAL

MODEL REVALUASI
Nilai wajar pada saat revaluasi minus penyusutan dan rugi penurunan nilai kumulatif setelah revaluasi,
Revaluasi harus dilakukan secara teratur untuk meyakinkan jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari nilai wajar,
Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama harus direvaluasi,
Kenaikan nilai akibat revaluasi diakui sebagai ekuitas dalam pos surplus revaluasi,
Namun, jika sebelumnya telah terjadi penurunan nilai, maka kenaikan nilai berikutnya diakui dalam laporan laba rugi sampai sebesar penurunan nilai yang diakui sebelumnya,
Penurunan nilai akibat revaluasi diakui sebagai rugi dalam laporan laba rugi,

PENYUSUTAN KUMULATIF dan PENURUNAN NILAI
Model biaya: biaya perolehan minus penyusutan kumulatif dan penurunan nilai kumulatif
Model revaluasi: nilai wajar minus penyusutan kumulatif dan rugi penurunan nilai kumulatif
Perhatikan metoda biaya ataupun revaluasi.
Kedua-duanya memperlakukan penyusutan dan rugi penurunan nilai aset setelah tanggal revaluasi sebagai pengurang.

CONTOH : MODEL REVALUASI, KENAIKAN NILAI
Pada awal tahun buku 1 Januari 2011 PT Jambia, Tbk. merevaluasi aset tetapnya dalam kelompok mesin. Biaya perolehan awal Rp50 juta dengan penyusutan kumulatif Rp30 juta. Jadi, jumlah tercatat adalah Rp20 juta. Nilai wajar Rp36 juta è intinya naik Rp16 juta. Sisa umur manfaat 4 tahun. Nilai residu Rp 0. Metoda penyusutan: garis lurus. Buatlah jurnal revaluasi. Demi kepraktisan, abaikanlah pajak tangguhan.

Jurnal:
Depresiasi kumulatif Rp 30.000.000
Mesin Rp 14.000.000
Surplus revaluasi Rp 16.000.000
 Melanjutkan contoh di atas,
 hitunglah penyusutan tahun 2011, dan
 buatlah jurnal pada akhir tahun 2011 untuk mencatat penyusutan.
Jawab
 Penyusutan 2011 dari nilai baru = 36 juta/4 = 9 juta
 Penyusutan 2011 dari nilai lama =20 juta/4 = 5 juta
 Selisih penyusutan = 4 juta

31 Des beban penyusutan mesin 9.000.000
akumulasi penyusutan mesin 9.000.000

31 Des surplus revaluasi 4.000.000
laba ditahan 4.000.000
(mencatat selisih penyusutan baru – lama)

Jurnal yang terakhir di atas mungkin dilakukan, tidak ada petunjuk yang mewajibkan. Jika jurnal tersebut dibuat, maka saldo surplus revaluasi pada akhir tahun umur manfaat aset tetap terkait menjadi nol. Opsi lain yang dapat dilakukan adalah tidak menjurnal setiap tahun, tetapi pada akhir umur manfaat dibuat jurnal sebagai berikut :
31 Des surplus revaluasi 16.000.000
laba ditahan 16.000.000
Jurnal seperti ini tidak diwajibkan.

PENURUNAN NILAI DALAM MODEL REVALUASI
Penurunan nilai setelah diakuinya kenaikan nilai diperlakukan sebagai pengurangan surplus revaluasi yang telah terbentuk. Penurunan berikutnya diakui sebagai beban.
Contoh penurunan nilai setelah diakuinya kenaikan nilai
Saldo mesin PT Jambia, Tbk. per 31-12-2012 Rp36 juta; penyusutan kumulatif Rp9 juta. Nilai buku Rp27 juta. Kenaikan nilai setahun silam Rp16 juta, tampak di surplus revaluasi (kredit) yang tidak ditransfer ke laba ditahan. Nilai wajar aset tetap sekarang Rp8 juta è intinya turun Rp19 juta. Hitunglah penurunan nilai dan buatlah jurnal revaluasi. Demi kepraktisan, abaikanlah pajak tangguhan.


Jawab :
Nilai wajar 8.000.000
Jumlah tercatat (36.000.000-9.000.000) (27.000.000)
Penurunan nilai 19.000.000
Diakui sebagai pengurangan surplus revaluasi (16.000.000)
Beban (rugi) penurunan nilai diakui dalam L/R 3.000.000

Jurnal :
31 Des Akumulasi penyusutan mesin 9.000.000
Surplus Revaluasi 16.000.000
Rugi penurunan nilai mesin 3.000.000
Mesin 28.000.000

MODEL BIAYA
Biaya perolehan minus penyusutan dan rugi penurunan nilai kumulatif. Model biaya hanya mengizinkan penurunan nilai tetapi tidak kenaikan nilai.
Penurunan nilai dicatat dengan jurnal sebagai berikut.
Rugi penurunan nilai xxx
Penurunan nilai kumulatif xxx
Rugi penurunan nilai dilaporkan dalam profit or loss.
Ketika mengakui penurunan nilai, tidak perlu melibatkan aset/kewajiban pajak tangguhan.
Aset/kewajiban pajak tangguhan diperhitungkan dalam perhitungan profit or loss.
Contoh Penurunan nilai dalam model biaya:
Saldo mesin PT Jambia, Tbk. per 31-12-2012 Rp 36.000.000 ; penyusutan kumulatif Rp 19.000.000 Nilai wajar aset tetap 12.000.000. Hitunglah penurunan nilai dan buatlah jurnal revaluasi.

Biaya perolehan mula-mula 36.000.000
(-) penyusutan kumulatif (19.000.000)
Jumlah tercatat 17.000.000
(-) Nilai wajar (12.000.000)
Penurunan nilai 5.000.000

Jurnal:
Penyusutan mesin kumulatif 19.000.000
Kerugian penurunan nilai 5.000.000
Mesin 24.000.000



PEMBALIKAN PENURUNAN NILAI DALAM MODEL BIAYA
Pembalikan penurunan nilai diakui sebagai penghasilan sampai sebesar penurunan nilai yang pernah terjadi. Kelebihan setelah itu tidak boleh diakui baik sebagai penghasilan maupun sebagai surplus revaluasi.
Contoh : Penurunan nilai dalam model biaya
Saldo mesin PT Jambia, Tbk. per 31-12-2012 Rp12 juta; penyusutan kumulatif Rp4 juta. Tahun lalu terdapat penurunan nilai Rp5 juta. Nilai wajar sekarang Rp14 juta. Hitunglah pembalikan penurunan nilai dan buatlah jurnal revaluasi.
Biaya perolehan mula-mula 12.000.000
(-) Penyusutan kumulatif (4.000.000)
Jumlah tercatat 8.000.000
Nilai wajar (14.000.000)
Kenaikan nilai 6.000.000
Pembalikan maksimum (5.000.000)
Sisanya tidak diakui di manapun 1.000.000
Jurnal:
Penyusutan mesin kumulatif 4.000.000
Mesin 1.000.000
Keuntungan pembalikan PN 5.000.000

Sabtu, 25 Juni 2011

AKUNTANSI : SEBUAH ILMU DENGAN BERAGAM PARADIGMA

I. PENDAHULUAN
Sejarah mengenai pemikiran dan kebudayaan adalah seperti yang ditunjukkan oleh Hegel dengan sangat jelas , merupakan suatu perubahan pola pemikiran-pemikiran pembebasan yang hebat yang akhirnya berubah menjadi jaket pengikat yang menyesakkan dan akibatnya merangsang kehancuran mereka sendiri melalui konsepsi-konsepsi baru yang membebaskan, dimana pada waktu yang bersamaan juga mengikatnya. Langkah pertama untuk memahami manusia adalah memahami model atau model-model yang mendominasi dan menembus pikiran dan tindakan mereka. Seperti usaha-usaha yang lainnya yang mencoba untuk membuat manusia menyadari akan kategori yang membagi bagaimana mereka berpikir, vitas ini merupakan sesuatu yang sulit dan kadangkala menyakitkan serta kemungkinan besar akan memberikan hasil yang sangat meresahka. Tugas kedua adalah menganalisi model itu sendiri, yang ada dalam hal ini membuat analisis memberikan komitmennya untuk menerima atau memodifikasi atau menolaknya atau sampai pada alternative terakhir, unruk memberikan model yang lebih memadai sebagai gantinya.
Tidak lama sebelumnya ketidaksukaan akan akuntansi terjadi di dalam dan diluar universitas. Namun untungnya, situasi ini telah mengalami perubahan. Beragam survey yang dilakukan untuk hasil temuan-temuan penelitian memperlihatkan status akademik dari akuntansi. Para peneliti akuntansi telah menerapkan metodologi-metodologi dan teori-teori yang berbeda untuk memerikasa seluruh kemungkinan permasalahan yang penting dilapangan. Pada awalnya, diawal tahun 1970-an penelitian apriori seperti ini dikritik sebagai tidak sempurna secara teoritis atau memiliki nilai yang diragukan. Pada taun 1970, Gonedes dan Dopuch berpendapat bahwa sebuah model apriori yang membenarkan keunggulan dari seperangkat prosedur-prosedur akuntansi adalah suatu hal yang tidak mungkin untuk dilakuan. Untungnya Wells dalam sebuah artikel yang berpengaruh dithaun 1976, membela penelitian apriori sebagai suatu langkah yang dibutuhkan dalam revolusi pemikiran akuntansi.
Wells melanjutkan dengan menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam akuntansi sepertinya mengikuti suatu pola yang diuraikan oleh Kuhn sebagai sebuah revolusi yang berhasil, sehingga disiplin ilmu akuntansi muncul dari suatu kondisi krisis. Secara singkat, tesis Kuhn adalah suatu ilmu akan didominasi oleh suatu revolusi dimana paradigm yang berkuasa akan digantikan oleh paradigma yang dominan. Hal yang utama dari pola revolusioner Kuhn ini adalah definisi dari kata paradigm. Jika diasumsikan bahwa untuk sementara waktu definisi seperti ini memiliki kemungkinan untuk terjadi, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi pardigma-paradigma didalam akuntansi. Langkah ini telah diambil pada tahun 1977 oleh American Accounting Association-AAA (Asosiasi Akuntansi Amerika) dengan diterbitkannya statement on Accounting Theory and Theory Acceptance-SOATATA (Pernyataan Teori Akuntansi dan Penerimaan Teori). Pernyataan ini mempertimbangkan perkembangan-perkembangan yang terjadi di dalam pemikiran akuntansi dari sudut pandang ‘filosofi ilmu pengetahuan’ yaitu dilihat dari segi pemikiran oleh Kuhn mengenai bagaimana kemajuan terjadi di dalam ilmu pengetahuan, SOATATA mengidentifikasikan tiga pendekatan teoritis yang dominan:
1. Pendekatan “Klasik” (Laba sebenarnya/induktif), digunakan oleh baik “deduksionis normatf” maupun “penulis yang positif dan induktif”
2. Pendekatan “kegunaan keputusan” digunakan oleh mereka yang menekankan model-model pengambilan keputusan dan berfokus pada pengambil keputusan (akuntansi keperilakuan dan penelitian tingkat pasar)
3. Pendekatan “informasi/ekonomi” dengan sebuah pembedaan yang dibuat antara “kasus individu tunggal” dan “kasus multi-individu.”

Salah satu argumentasi yang dimuat dalam pernyataan AAA, dan merupakan suatu hal yang sangat relevan pada studi ini . adalah bahwa meningkatnya jenis-jenis teori dan pendekatan akuntansi menunjukkan adanya beberapa paradigma yang saling bersaing. Pernyataan ini bahkan menyarankan apa sajakah paradigma yang saling bersaing tersebut.
Sebagai contoh, sebuah paradigma yang dapat diberi nama "anthropological ap¬proach ", menentukan bahwa praktik-praktik profesional para akuntan sebagai wewenang empiris dari akuntansi. Sesuai dengan paradigma ini, teori akuntansi dirumuskan sebagai suatu proses rasionalisasi, dan penarikan kesimpulan dari praktik-praktik akuntansi yang berlaku secara luas. Paradigma lainnya mendasarkan diri pada perilaku pasar modal dalam menyajikan wewenang empiris di mana teori akuntansi disusun dan diterapkan. Sama seperti pandangan umum lainnya, akuntansi menentukan proses keputusan individu dan/atau teori keputusan sebagai wewenang empiris dari teori akuntansi. Pengelompokan tiga kategori ini selanjutnya dapat diperluas dengan menggabungkan baik ideal income approach maupun information/economic approach, yang masing-masing mengajukan keunikan dari wewenang empiris akuntansi.
Pertama, apabila penerapan konsep Kuhn dalam interpretasi Wells diterima, akuntansi dikategorikan sebagai sebuah ilmu. Kedua, saran SATTA diterima, akuntansi merupakan sebuah ilmu dengan berbagai paradigma (multiple-paradigm science). Ada dua isu yang muncul sebagai akibat penerimaan saran Wells maupun SATTA. Pertama, untuk menghilangkan kebingungan antara teori dan paradigma, definisi yang memadai dari suatu paradigma harus :
1. Mengelompokkan teori sebagai komponen paradigma semata, sdan
2. Membedakan paradigma yang saling bersaing-dua keterbatasan saran Wells dan SATTA.
Kedua, akuntansi seperti sebagian besar ilmu lainnya, memiliki kelemahan sebagai suatu paradigma tunggal; jadi paradigma akuntansi pembanding perlu diidentifikasi dan diuraikan untuk memperoleh gambaran yang memadai tentang penetapan akuntansi.

II. KONSEP PARADIGMA

2.1 Perubahan Revolusioner, Teori, dan Paradigma Equilibrium Tersela
Bagaimana ilmu pengetahuan berubah? Pertanyaan ini telah menjadi perdebatan cukup lama. Para pengikut Darwin dengan gagasannya tentang pertumbuhan (incremental) menyatakan bahwa perubahan kumulatif masih jauh dari memadai untuk menjelaskan perubahan dalam bidang ilmu dan pertumbuhan dalam bidang pengetahuan. Bahkan sejarawan seperti Niles Eldredge dan Stephen Gould mengajukan sebuah gagasan yang berbeda dari evolusi yang dikenal sebagai punctuated equilibrium: sebuah alternatif di antara periode-periode yang panjang dengan infrastruktur yang stabil dan meningkatnya penyesuaian serta peringkasan periode revolusioner yang bergolak. Pada dasarnya, "garis keturunan muncul dalam bentuk equilibrium seperti bentuk-bentuk terdahulu dan spesies baru muncul dengan tiba-tiba, melalui perubahan yang secara tiba-tiba menyela (punc¬tuation) proses yang ada (seperti dalam model Darwin—seleksi alam yang akan menseleksi kemampuan varian baru tersebut)". Seperti yang ditunjukkan dalam Peraga 10.1, model punctuated equilibrium diuraikan ke dalam enam teori termasuk teori individu, grup, organisasi, bidang ilmu, spesies biologis, dan teori induk (grand theory). Untuk masing-masing teori, punctuated equilibrium menawarkan tiga komponen pokok yaitu: struktur yang mendalam, periode keseimbangan, dan periode revolusioner. Penekanan dalam bab ini adalah aplikasi paradigma puntuated equilibrium dalam bidang ilmu secara umum dan dalam bidang akuntansi secara khusus.

Persamaan sifat:
Selama periode keseimbangan, sistem akan tetap melaksanakan dan menyelesaikan proses pemilihan struktur secara mendalam. Sistem akan melakukan penyesuaian yang akan tetap mempertahankan struktur dalam menghadapi berbagai gangguan internal maupun eksternal, dan terus bergerak tumbuh untuk memperoleh struktur secara terperinci. Upaya untuk memperoleh pemilihan struktur yang terperinci dapat menghasilkan perilaku yang pada awalnya menyebabkan pergolakan.

Individu: Levinson
Periode penyusunan struktur. Tugas utama dalam periode ini adalah menyusun suatu struktur yang hidup: struktur tersebut mengharuskan seseorang membuat kunci pilihan tertentu, bentuk struktur yang melingkupinya, dan berusaha mencapai tujuan serta nilai dalam struktur tersebut. Pada pengertian ini, suatu periode yang stabil tidak dapat dikatakan sebagai periode tenang. Tugas penyusunan struktur kadang-kadang penuh dengan tekanan ... dan mungkin melibatkan banyak perubahan. Setiap periode yang stabil... memiliki perbedaan tugas dan karakter tergantung pada siklus hidupnya (1978: 49) [Sejumlah periode] biasanya antara 5-7 tahun, maksimal 10 tahun. (1986:7)

Grup:Gersick(1988)
Kehidupan grup projek terdiri dari dua fase utama, yang dipisahkan oleh suatu periode transisi yang telah mencapai pertengahan antara awal projek dengan waktu terakhir yang dimaksudkan. Dalam fase-fase ini, grup akan melakukan tugasnya menggunakan rerangka asumsi, premis, dan pola perilaku yang stabil. Seperti halnya rerangka yang sifatnya beragam, maka efektivitas suatu aktivitas juga beragam dari satu grup ke grup lainnya. Dalam setiap fase, grup akan mengakumulasi kekurangan atau kelebihan pekerjaan, pembelajaran, dan pengalaman dalam batas-batas rerangkanya, namun mereka tidak mengubah pendekatan dasar yang digunakan dalam tugasnya.

Organisasi: Tushman & Romanelli (1985)
Periode konvergpn: tambahan perubahan dan adaptasi yang jangkauan wakrunya relatif panjang dalam menguraikan struktur, sistem, pengendalian, dan sumber daya ke arah peningkatan koalisi, yang langsung atau tidak berhubungan dengan efektivitas kinerja. (: 173) Periode ini diwarnai oleh lamanya waktu, orientasistratejik, dan pergolakan. ... (: 179) Selama periode ini... kelembaman meningkat dan kewaspadaan bersaing menurun: struktur sering kali mengarahkan strategi. (: 215)

Bidang-bidang Keilmuan: Kuhn (1970)
Normal science biasanya diarahkan pada artikulasi fenomena dan teori-teori yang disajikan oleh paradigma yang digunakan. (: 24) Tiga kelompok masalah - penentuan signifikansi suatu fakta dengan mencocokkan fakta tersebut pada teorinya, dan pada artikulasi teori - melemahkan ... literatur pengetahuan, baik secara empiris maupun teoretik. ... Bekerja di bawah suatu paradigma tidak dapat dilakukan dengan cara lainnya, dan meninggalkan paradigma berarti menghentikan pendefinisian praktik. (34)

Spesies Biologis: Gould (1980)
Transformasiphyletic merupakan penyesuaian tambahan dalam populasi yang bertahap dan bersifat adaptif. Hal ini merupakan bentuk evolusi yang melibatkan keseluruhan perubahan populasi dari suatu bentuk ke bentuk lainnya. Proses ini tidak menyebabkan peningkatan dalam keragaman, hanya transformasi dari suatu bentuk ke bentuk lainnya. Karena fenomena kepunahan biasa terjadi, biota (kehidupan) yang tidak memiliki mekanisme untuk meningkatkan diversitas akan segera lenyap.(180)

Teori Induk: Prigogine & Stengers (1984); Heken (1981)
Dalam kawosan yangstabil, penentuan hukum akan mendominasi. (: 169) Seluruh inisiatif individudibuatmenjaditidakberarti. ... (: 206)
Pada kondisi eksternal yang terjadi, partisipasi individu dalam sistem memiliki... konfigurasi yang stabil: ... atau yang bergoyang. ... Apabila sedikit kekacauan dimasukkan ke dalam sistem ... partisipasi individu dalam sistem akan mengurangi keadaan terdahulu apabila kekacauan disingkirkan, atau mereka sedikit mengubah perilakunya saat kekacauan muncul. (: 17)

Sumber: Dicetak ulang dengan persetujuan Academy of Management, P.O. Box 3020, Briar Cliff Manor, NY 10510-8020. "Revolutionary Change Theories: A Multilevel Exploration of the Punctuated Equilib¬rium Paradigm". Gersick, Connie J.G., Academy of Management Review Vol. 16, No. 1 (1991), p. 17. Diproduksi ulang dengan seizin penerbit melalui Copyright Clearance Center Inc.
Peraga 9.1 Konsep Periode equilibrium dalam Enam Teori

2.2 Teori Umum Kuhn tentang Revolusi Ilmiah
Teori tentang revolusi pengetahuan menekankan pada pengembangan pengetahuan dan motivasi sejumlah pengembangan tersebut. Usaha Thomas Kuhn menekankan pada pengembangan pengetahuan dalam bidang normal science tertentu.9 Tesis utama revolusi pengetahuan ini berdasarkan konsep paradigma. Setelah munculnya sejumlah kritik tentang perbedaan dan ketidakkonsistenan pemakaian istilah paradigma, Kuhn memperbaikinya dalam bukunya edisi kedua:
Dalam banyak buku, istilah paradigma digunakan dalam dua pengertian berbeda. Di satu sisi, paradigma terdiri dari keseluruhan konstelasi keyakinan, nilai, dan teknik yang dibagikan pada anggota suatu komunitas. Di sisi lain, paradigma menunjukkan satu bentuk elemen dalam konstelasi, yaitu solusi kongkrit atas kebingungan yang dapat dimanfaatkan sebagai model atau contoh, dan dapat menggantikan aturan yang ada sebagai suatu dasar solusi bagi kebingungan berikutnya dalam normal science.
Paradigma-paradigma ini tidak selamanya mendominasi. Untuk pertama kali dijumpai adanya sejumlah anomali. Anomali ini tidak dapat diperbaiki. Suatu periode ketidaknyamanan dan krisis terjadi dengan adanya perselisihan antara pihak yang melihat anomali sebagai suatu contoh pembanding, dan pihak lain yang tidak menganggapnya:
Normal science berulangkali mengalami salah langkah. Saat itu terjadi—yaitu saat profesi tidak lagi dapat menghindari anomali sebagai penyebab tumbangnya tradisi praktik ilmu pengetahuan yang ada—maka penyelidikan tambahan dimulai untuk mengajak para anggota profesi agar membuat komitmen baru, sebagai dasar yang baru untuk praktik ilmu pengetahuan.u



Persamaan Sifat:
Struktur mendalam merupakan suatu jaringan fundamental, pemilihan yang saling tergantung, dari konfigurasi dasar ke dalam sebuah unit sistem yang terorganisasi, dan merupakan aktivitas yang memelihara baik konfigurasi tersebut maupun pertukaran sumber-sumber sistem dengan lingkungannya. Struktur mendalam dalam sistem manusia merupakan instruksi yang harus dipatuhi secara luas.

Individual: Levinson (1986: 6)
StrukturHidup: Pola atau desain yang mendasari hidup seseorangpada waktu tertentu.... Struktur hidup (jawablah pertanyaan): "Seperti apa hidupku sekarang? Apa yang terpenting dalam hidupku, dan bagaimana itu saling terkait? Di mana aku menghabiskan sebagian besar waktu dan energiku?" Komponen utama dalam struktur hidup adalah hubungan manusia dengan manuasia lainnya dalam dunia nyata.

Grup: Gersick (lihat 1988: 17, 21)
Rerangka kerja: situasi grup yang terjadi dan bagaimana perilakunya akan membentuk plat¬form yang dijadikan dasar aktivitas grup. Rerangka kerja secara parsial mungkin bersifat eksplisit namun umumnya bersifat implisit. Rerangka kerja merupakan integrasi jaringan yang melipuiti strategi kinerja, pola interaksi, asumsi maupun pendekatan dalam tugas-tugas grup, dan keadaan luar lainnya.

Organisasi: Tushman & Romanelli (1985: 176)
Orientasi stratejik: Jawablah pertanyaan: Apa yang dapat disatukan? Mana yang dapat dan tidak dapat dibuat eksplisit, dapat diuraikan dari (lima sudut pandang): (1) keyakinan dan penilaian utama organisasi, pekerja dan lingkungannya; (2) produk, pasar, teknologi, dan waktu persaingan; (3) distribusi kekuasaan; (4) struktur organisasi; dan (5) sifat. bentuk dan kemampuan untuk mempengaruhi dari sistem pengendaliannya.

Bidang-bidang Keilmuan: Kuhn (1970)
Paradigma: Dikenal sebagai prestasi ilmiah yang pada suatu suatu periode waktu menyajikan model masalah dan solusi bagi komunitas praktisi. (:viii) [Paradigma mengindikasikan] apa yang dimaksudkan dengan data, instrumen apa yang digunakan untuk mengumpulkannya, dan konsep apa yang relevan dengan interpretasinya. (:122 ) [Bagaimanapun, ilmuwan] akan sedikit lebih baik dari orang awam dalam menggolongkan dasar penyusunan suatu bidang ilmu.... Sejumlah gambaran menunjukkan kemampuan mereka dalam berbagai penelitian yang sukses dilakukan. (: 47)

Spesies Biologis: Gould (1989); Wake, Roth, & Wake (1983: 218-219)*
Program Genetik: Stasis merupakan ... suatu ciri aktif organisme dan populasi ... yang secara luas didasarkan pada kompleksitas epistasis dalam program genetis, dan geometri yang kaku serta terbatas dari pengembangan selanjutnya. (:124) [Sistem kehidupan memerlukan proses internal yang spesifik.] Kondisi-kondisi yang menentukan setiap proses internal disediakan oleh proses terdahulu dalam sistem, [penentuan jaringan kerja] interaksi yang berputar: [aktivitas setiap elemen mempengaruhi keseluruhan]. Masing-masing ... perubahan sistem hams tersisa dalam ... keterbatasan proses produksi yang berputar dan pemeliharaan elemen, atau sistem tersebut dengan sendirinya akan membusuk. Tidak ada satupun elemen yang dapat berinteraksi dengan lingkungan secara independen ... dan tidak ada perubahan independen (evolusi) dari sebuah elemen dapat terjadi. ... Hal yang sama juga berlaku untuk aktivitas gen: gen-gen tersebut tidak pernah menampakkan dirinya secara langsung dalam suatu cara yang linier. Jadi organisme telah mengembangkan suatu sistem untuk melawan perubahan, bahkan terhadap perubahan genetik.

Teori induk: Haken (1981: 17)
Parameter Order. Cara kolektif... yang mendefinisikan order untuk keseluruhan sistem. ... Parameter order... mungkin bersifat material, seperti amplitudo gelombang, atau juga immaterial, seperti ide atau simbol. ... Sekali waktu ... ditunjukkan bahwa mereka menentukan aktivitas subsistem ... pada tingkat mikroskopis.
* Wake et al. mengutip artikel yang direkomendasikan oleh S.J.Gould (komunikasi personal). Kutipan ini memperjelas dan memperluas kutipan Gould.
Sumber: Dicetak ulang dengan persetujuan Academy of Management, P.O. Box 3020, Briar Cliff Manor, NY 10510-8020. "Revolutionary Change Theories: A Multilevel Exploration of the Punctuated Equilib¬rium Paradigm". Gersick, Connie J.G., Academy of Management Review Vol. 16, No. 1 (1991), p. 15. Diproduksi ulang dengan seizin penerbit melalui Copyright Clearance Center Inc.
Peraga 9.2 Konsep Deep — Structure dalam Enam TeorI
Krisis berlanjut dengan munculnya sekumpulan alternatif ide dan identifikasi cabang pemikiran baru. Apa yang sesungguhnya terjadi selama periode krisis, tidak banyak yang tahu. H. Gilman McCann mengusulkan tingkat karakteristik teoretis dan kuantitatif dari tugas-tugas yang berhubungan dengan periode awal dan akhir dari normal science:
1. Tingkat usaha teoretis akan meningkat selama pengembangan revolusi. Peningkatan ini terdiri dari (a) naiknya tingkat usaha teoretis di antara para pengikut suatu paradigma, dan (b) diawali dengan tingginya tingkat usaha teoretik oleh pengikut paradigma baru, diikuti menurunnya keberhasilan paradigma baru.
2. Pergeseran ke paradigma baru akan segera muncul dari sejumlah tulisan teoretik dibandingkan tulisan yang lain.
3. Tingkat usaha kuantitatif akan meningkat selama pengembangan revolusi. Peningkatan ini terdiri dari (a) suatu kenaikan, yang mungkin diikuti penurunan, dalam tingkat usaha di antara para pengikut paradigma yang ada, dan (b) diawali dengan tingginya tingkat usaha kuantitatif oleh pengikut paradigma baru, yang mungkin diikuti menurunnya paradigma baru dan menyebabkan masalah lain.
4. Pergeseran ke paradigma baru akan segera muncul dari sejumlah tulisan kuantitatif dibandingkan tulisan yang lain.
5. Peningkatan usaha kuantitatif akan sangat ditegaskan di antara tulisan teoretik.
6. Akan terjadi peningkatan jumlah penulis selama pengembangan revolusi.
7. Akan terjadi peningkatan produktivitas penulis selama pengembangan revolusi.
8. Pergeseran ke paradigma baru akan segera muncul dari sejumlah tulisan penulis muda daripada penulis yang lebih tua.
9. Pendukung paradigma baru umumnya lebih muda daripada pendukung paradigma lama.
10. Akan ada sejumlah tulisan yang bersifat netral.
11. Porsi penghargaan terhadap penulis yang mendukung paradigma baru akan meningkat selama revolusi.

Seluruh hukum dan proposisi merupakan subjek kesaksian empirik. Penolakan suatu paradigma terhadap paradigma lainnya bagaimanapun tidak berdasarkan eksklusifitas bukti empirik. Faktor-faktor yang tidak logik termasuk pandangan metafisik, kedudukan filosofik, etnosentrisme, nasionalisme, dan karakter sosial dari komunitas ilmiah, mungkin menjadi beban keputusan.13 Dominasi paradigma baru disertai oleh pengakuan yang melimpah para pendukungnya. Pengakuan ini yang lebih dari sekadar uang atau kekuasaan, akan menjadi faktor pendorong bagi para peneliti suatu paradigma tertentu maupun komunitas ilmiah tertentu. Intinya, para peneliti akan menukarkan pengakuan sosial terhadap informasi. Seperti yang dinyatakan oleh Hagstrom: "Manu¬script yang disajikan pada komunitas ilmiah secara periodik sering disebut sebagai "kontribusi" dan pada kenyataannya merupakan suatu sumbangan."
Umumnya, penerimaan suatu sumbangan oleh seorang individu atau komunitas mengakibatkan suatu bentuk pengakuan terhadap status penyumbang dan terhadap keberadaan hak tertentu ... dalam bidang ilmu pengetahuan, penerimaan kontribusi manuscript oleh jurnal ilmiah menetapkan statu penyumbang sebagai seorang ilmuwan yang sesungguhnya, status sebagai seorang ilmuwan dapat dicapai hanya melalui berbagai sumbangan pemikiran— dan ini menjamin prestisnya dalam komunitas ilmiah.
Walaupun sulit untuk sependapat bahwa pengakuan merupakan motivasi utama bagi penelitian dalam setiap bidang ilmu, namun ada argumen menarik bahwa dorongan utama penelitian adalah kepuasan yang diperoleh apabila melakukan sesuatunya dengan baik. Merton menyatakan argumen tersebut sebagai berikut:
Pengakuan terhadap originalitas merupakan penegasan kesaksian sosial bahwa seseorang telah berhasil melewati persyaratan sebagai seorang ilmuwan. Citra ilmuwan itu sendiri akan sangat tergantung pada penilaian sesama ilmuwan tentang kesesuaian dan peran pentingnya dalam bidang tertentu.
Namun demikian, kecurigaan tentang kebenaran secara psikologis menyelimuti proses pengakuan dalam ilmu pengetahuan. Setiap penghargaan yang bersifat intrinsik seperti popularitas, uang, posisi, secara moral bersifat mendua dan berpotensi untuk merusak nilai kepuasan secara alami: seperti reward berbentuk pemberian hukuman, akan menggantikan kedudukan motivasi yang sesungguhnya: perhatian terhadap pengakuan akan menggantikan perhatian terhadap keunggulan pengetahuan.
Dengan adanya pengakuan baik sebagai tujuan maupun sebagai suatu tanda telah dilakukannya pekerjaan dengan baik, para peneliti dari suatu paradigma yang dominan maupun yang lainnya tetap saja bersusah payah untuk menyampaikan informasi yang mereka miliki baik melalui saluran komunikasi yang resmi untuk pengakuan secara institusional maupun komunikasi tidak langsung untuk pengakuan yang sifatnya lebih dasar.

2.3 Pandangan Ritzer tentang Berbagai Paradigma yang Diterapkan dalam Akuntansi
Fokus perhatikan dalam teori dari revolusi pengetahuan adalah pendefinisian yang tepat tentang konsep paradigma. Kuhn menggunakan istilah tersebut secara salah dan tidak konsisten. Definisi paling mendekati yang tersaji pada bagian akhir bukunya edisi kedua juga tetap tidak jelas. Definisi tersebut tidak mengurangi kritik utama terhadap perubahan pandangan Kuhn, dari pandangan bahwa kemunculan dan kegagalan suatu paradigma merupakan akibat faktor politik, ke pandangan baru bahwa suatu paradigma lebih unggul dari pandangan lainnya dengan suatu alasan, meliputi "keakuratan, cakupan, kemudahan, manfaat, dan kesamaannya".18 Sebagai contoh adalah pendapat George Ritzer yang mendukung pandangan pertama dan tetap bertahan dengan pendapat bahwa kemunculan suatu paradigma disebabkan oleh fenomena politis.
Ritzer menyatakan:
Suatu paradigma lebih unggul dari paradigma lainnya karena pendukungnya memiliki kekuatan yang lebih besar daripada pendukung paradigma pesaing dan tidak harus karena paradigma mereka "lebih baik" daripada pesaingnya. Sebagai contoh adalah paradigma yang para pendukungnya mengendalikan sejumlah jurnal penting dan dengan demikian, penentu apa yang akan dipublikasikan lebih cenderung untuk memihak paradigma yang mereka dukung daripada paradigma yang memiliki kelemahan akses pada jurnal bersangkutan. Demikian pula kedudukan penguasa dalam suatu bidang lebih cenderung untuk memihak pendukung paradigma yang dominan, dan memberi mereka suatu posisi dengan legitimasi yang signifikan. Para pendukung paradigma yang memperoleh otoritas dalam suatu bidang, jelas sekali memiliki kelemahan, karena mereka tidak memiliki kemampuan dalam bidang tersebut. Namun demikian, mereka dapat menggunakan pengaruh politik yang dimiliki untuk menjatuhkan paradigma yang dominan dan memperoleh posisi untuk mereka sendiri.

Philips juga sependapat dengan Ritzer tentang pandangan yang pertama dan juga berpendapat bahwa alasan yang diajukan pada pandangan kedua merupakan suatu paradigma yang tergantung.
Dengan pandangan bahwa paradigma merupakan ketergantungan—politis, Ritzer mengajukan definisi paradigma berikut ini:
Sebuah paradigma merupakan gambaran dasar dari pokok persoalan dalam bidang ilmu tertentu. Paradigma menyajikan suatu definisi tentang apa yang seharusnya ditanyakan, dan pedoman apa yang seharusnya diikuti dalam menginterprestasikan jawaban yang diperoleh. Paradigma merupakan unit yang lebih luas daripada konsensus dalam suatu bidang ilmu dan menyajikan pedoman untuk membedakan suatu komunitas ilmiah dari komunitas lainnya. Paradigma akan menggolongkan, mendefinisikan, dan mengkaitkan berbagai contoh, teori, metode, dan instrumen yang muncul dalam bidang tersebut.

Komponen dasar suatu paradigma menurut definisi Ritzer adalah:
1. Suatu contoh (exemplar), atau potongan aktivitas yang berfungsi sebagai model bagi individu yang bekerja menggunakan suatu paradigma;
2. Gambaran (images) dari pokok persoalan;
3. Teori-teori (theories); dan
4. Metode dan instrumen.

Bab ini menggunakan definisi Ritzer untuk menganalisis komunitas ilmiah atau komunitas kecil dalam akuntansi, dengan asumsi bahwa:
1. Akuntansi kekurangan suatu paradigma yang komprehensif dan akuntansi merupakan ilmu dengan berbagai paradigma, serta
2. Masing-masing paradigma tersebut sedang berusaha keras untuk dapat diterima, bahkan untuk dapat mendominasi suatu bidang ilmu.

Walaupun dinyatakan sebagai paradigma-paradigma yang bersaing, pernyataan berikut ini dapat digunakan untuk memperdebatkan paradigma-paradigma yang bersaing;
Saat nilai prediksi suatu teori bagi para penggunanya digunakan, nilai tersebut tidak semata-mata menentukan kesuksesan suatu paradigma. Disebabkan biaya kesalahan dan implementasinya bervariasi, sejumlah teori tentang fenomena dapat bertahan secara bersamaan untuk tujuan prediktif. Bagaimanapun, hanya satu fenomena yang secara umum akan dapat diterima para teoritikus. Dalam menerima suatu teori, teoritikus akan dipengaruhi oleh pertimbangan intuitif dari penjelasan teori suatu fenomena dan jangkauan suatu fenomena, yang dapat menjelaskan dan memprediksi sebaik manfaat prediksi bagi para pengguna.
Saran-saran berikut dibuat oleh publikasi the 1977 American Accounting Asso¬ciation tentang Statement of Accounting Theory and Theory Acceptance, yang menyarankan sejumlah paradigma berikut ini:
1. Paradigma anthropologikal/induktif.
2. Paradigma true-income/deduktif.
3. Paradigma decision-usefulness/decision-model.
4. Paradigma decision-usefulness decision-maker Iagregat-market-behavior.
5. Paradigma decision-usefulness/decision-maker/individual-user.
6. Paradigma informasilekonomik.
Paradigma ke-1 sampai 5 diuji pada bagian selanjutnya dengan penekanan pada komponen eksemplar (contoh), gambaran pokok masalah, teori, dan metode.

III. PARADIGMA ANTROPOLOGIS/INDUKTIF

3.1.Contoh
Beberapa studi memenuhi contoh dari paradigma antropologis induktif yaitu pekerjaan yang dilakukan oleh Gilman, Hatfield, Ijiri, Littleton, dan Paton. Para penulis dari studi – studi ini berbagi perhatian yang sama untuk pendekatan deskriptif – induktif terhadap penyusunan dari sebuah teori akuntansi dan suatu kepercayaan pada nilai dari praktik – praktif akuntansi yang masih ada. Sebagai contoh, Ijiri memiliki pendapat bahwa perhatian utama dari akuntansi adalah berfungsinya hubungan – hubungan akuntabilitas di antara pihak – pihak yang berkepentingan. Pengukuran objektifnya adalah kinerja ekonomi dari perusahaan. Berdasakan atas diskusi yang berkaitan dengan metodologi penelitian dan peranan logika dalam penyusunan teori dan formulasi kebijakan dalam akuntansi, Ijiri menyajikan akuntabilitas sebagai suatu teori deskriptif akuntansi:
Apa yang kita tekankan di sini adalah bahwa praktik akuntansi yang berlaku sekarang dapat diinterpretasikan dengan secara lebih baik jika kita memandang akuntabilitas sebagai sasaran dasar. Kami juga menyarankan bahwa kecuali jika akuntansi dipandang dalam artian seperti ini, sebagian besar dari praktik yang berlaku sekarang akan tampak terlihat seperti inkonsisten dan tidak rasional.
Sebagai pembelaan dari paradigmanya dan menyanggah kritik – kritik dari para penganjur akuntansi biaya saat ini, Ijiri juga menyajikan suatu model aksiomatik dan praktik akuntansi yang sedang berjalan yang mengevaluasi seberapa pentingnya biaya historis jika dilihat dari segi akuntabilitas dan pengambilan keputusan.
Littleton mengambil prinsip akuntansinya dari pengamatan praktik akuntansi yang mengevaluasi signifikansi biaya historis dalam akuntabilitas dan pengambilan keputusan.
Para pengajar pembukuan dan kemudian akuntansi dan audit menemukan bahwa perlu ditambahkan penjelasan dan justifikasi pada aturan-aturan dan uraian dari prosedur yang telah terakumulasi. Hal ini dilakukan agar studi yang dilakukan hendaknya lebih daripada sekadar penghapalan aturan-aturan. Karenanya, tepat jika dikatakan bahwa baik metode-metode praktik maupun penjelasan dari teori secara induktif diperoleh dari pengalaman.
Teori yang baik diciptakan melalui praktik dan selain itu, dipersiapkan pula oleh praktik. Akhirnya, di mana ditemukan adanya bukti integrasi ide-ide akuntansi, maka ia akan memperkuat keyakinan bahwa akuntansi memiliki kemungkinan untuk dibangun di dalam sebuah sistem yang terdiri atas penjelasan dan justifikasi yang terkoordinasi mengenai apakah arti dari akuntansi dan ia dapat menjadi apa nantinya.
Dua studi lain oleh Gordon dan Zimmerman memenuhi prasyarat sebagai contoh dari pradigma antropologis/induktif. Kedua studi tersebut menyatakan bahwa manajemen akan memilih aturan akuntansi yang cenderung meratakan laba dan tingkat pertumbuhannya. Gordon menyatakan teori perataan laba sebagai berikut:
Dalil 1: Kriteria yang digunakan oleh manajemen perusahaan dalam melakukan pemilihan di antara prinsip-prinsip akuntansi adalah maksimalisasi dari kegunaannya atau kesejahteraannya...

Dalil 2: Kemampuan dari manajemen akan meningkat seiring dengan meningkatnya:
1. Keamanan jabatannya,
2. Tingkatan dan tingkat pertumbuhan penghasikan manajemen, dan
3. Tingkatan dan tingkat pertumbuhan ukuran perusahaan ...

Dalil 3: Pencapaian sasaran manajemen yang dinyatakan dalam Dalil 2 sebagian akan bergantung pada tingkat kepuasan para pemegang saham terhadap kinerja perusahaan; yaitu, dengan semua hal yang lain disumsikan sama, semakin senang para pemegang saham, maka akan semakin besar keamanan jabatan, penghasilan, dan seterusnya dari pihak manajemen...

Dalil 4: Kepuasan pemegang saham atas suatu perusahaan meningkat seiring dengan tingkat pertumbuhan rata-rata lab perusahaan (atau tingkat deverifikasi dengan segera seperti Dalil 2.

Teorema: Jika keempat dalil di atas diterima atau ternyata ditemukan terbukti benar, hal selanjutnya yang akan mengikuti adalah bahwa manajemen berada dalam batasan kekuasaannya, yaitu ruang gerak yang diperbolehkan oleh aturan-aturan akuntansi,
1. Meratakan laba yang dilaporkan, dan
2. Meratakan tingkat pertumbuhan laba
Dengan “meratakan tingkat pertumbuhan laba,” kita bermaksud seperti ini: Jika tingkat pertumbuhan tinggi, maka praktik-praktik akuntansi yang dapat menguranginya akan diterapkan, dan begitu pula sebaliknya.
Beberapa tes-tes empiris di dalam literatur perataan laba tidak memberikan konfirmasi bagin model Gordon. Begitu pula asumsi yang dilontarkan Gordon bahwa kepuasan pemegang saham sepenuhnya merupakan fungsi positif dari laba dan bahwa peningkatan harga saham akan selalu diikuti oleh peningkatan laba akuntansi,telah mendapat pertentangan yang serius. Untuk menghindari jebakan-jebakan yang mungkin ada di dalam model Gordon, Watts dan Zimmerman mencoba untuk memberikan suatu teori positif dari akuntansi dengan mengeksplorasi faktor-faktor yang memengaruhi sikap manajemen terhadap standar-standar akuntansi. Di awalnya, Watts dan Zimmerman berasumsi bahwa kegunaan dari manajemen merupakan fungsi positif dari ekspektasi kompensasi periode-periode masa yang akan datang dan suatu fungsi negatif dari penyebaran kompensasi di masa yang akan datang. Analisis yang mereka lakukan menunjukkan bahwa pilihan standar akuntansi dapat memengaruhi arus kas suatu perusahaan melalui perpajakan, regulasi, biaya-biaya politis, biaya pembuatan informasi, dan rencana-rencana kompensasi manajemen:
Empat faktor yang pertama meningkatkan kekayaan manajerial dengan meningkatkan arus kas, dan, akibatnya, harga saham. Faktor terakhir dapat meningkatkan kekayaan manajerial dengan mengubah syarat-syarat dari kompensional insentif.

3.2 Gambaran subjek permasalahan
Bagi mereka yang menerapkan paradigma antropologis/induktif, subjek permasalahan yang mendasar adalah:
1. Praktik-praktik akuntansi yang sudah ada, dan
2. Sikap manajemen terhadap praktik-praktik tersebut.

Para pendukung dari pandangan ini menyatakan secara umum bahwa teknik-tekniknya dapat diperoleh dan dijustifikasi berdasarkan atas penggunaan mereka telah teruji atau bahwa manajemen memainkan suatu peranan utama dalam menentukan teknik-teknik yang akan dimplementasikan. Konsekuensinya, tujuan penelitian akuntansi yang dikaitkan dengan paradigma antropologis/induktif adalah untuk memahami, menjelaskan, dan meramalkan praktik-praktik akuntansi yang sudah ada. Sebagai contoh, Ijiri memandang misi dari pendekatan paradigmatis ini sebagai berikut:
Jenis pemikiran induktif untuk mendapatkan sasaran yang implisit di dalam perilaku dari suatu sistem yang sudah ada tidak dimaksudkan untuk menjadi pro-kekuasaan untuk mempromosikan pemeliharaan pihak status quo. Tujuan dari pelaksanaan seperti itu adalah untuk menyoroti di mana perubahan-perubahan paling dibutuhkan dan di mana mereka layak untuk dilakukan. Perubahan yang disarankan sebagai suatu hasil dari studi semacam itu memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk dapat dimplementasikan secara nyata.

3.3 Teori
Empat teori dapat dipertimbangkan sebagai bagia dari paradigma antropologis/induktif:
1. Ekonomi informasi
2. Model analitis/keagenan
3. Perataan laba/hipotesis manajemen penghasilan, dan
4. Teori positif dari akuntansi

3.4 Metode
Mereka yang menerapkan paradigma antropologis/induktif cenderung akan menerapkan salah satu dari tiga teknik di bawah ini:
1. Teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian perataan laba,
2. Teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian manajemen penghasilan, dan
3. Teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian teori positif.

IV. PARADIGMA LABA SEBENARNYA /DEDUKTIF

4.1 Contoh
Studi-studi yang memenuhi persyaratan sebagai contoh dari paradigma laba sebenarnya/deduktif adalah hasil karya dari Alxander, Canning, Moonitz, Paton, Sprouse dan Moonitz, dan Sweeney. Para penulis tersebut berbagi suatu perhatian pada suatu pendekatan normatif-deduktif terhadap penyusunan sebuah teori akuntansi dan dengan pengecualian bagi Alexander, suatu keyakinan bahwa, idealnya, laba yang diukur dengan menggunakan satu dasar penelitian tunggal akan mampu memenuhi kebutuhan dari semua pengguna. Para peneliti ini juga sepenuhnya menyetujui pendapat bahwa informasi harga saat ini adalah lebih berguna daripada informasi biaya historis yang konvensional bagi para pengguna dalam membuat pengambilan keputusan ekonomi. Paten, misalnya menolak pandangan dari teori kepemilikan (propriety theory) atas akun – akun dengan menyatakan ulang teori akuntansi dengan suatu cara yang konsisten terhadap kondisi dan kebutuhan dari perusahaan bisnis sebagai suatu entitas atau kepribadian yang berbeda. Menurut Paton, akuntansi memainkan sebuah peranan yang signifikan dan relevan dalam perusahaan dan dalam masyarakat.
Jika kecenderungan dari proses ekonomi seperti yang ditunjukkan oleh harga – harga pasar akan dicerminkan secara rasional dalam keputusan – keputusan dari para manajer bisnis, mesin untuk mencatat dan menerjemahkan secara efisien data – data statistik semacam itu harus tersedia dan skema akuntansi yang baik mencerminkan suatu bagian yang penting dari mekanisme seperti itu..
Untuk menempatkan masalah ini dalam syarat – syarat yang sangat umum, akuntansi yang sampai sejauh ini memberikan kontribusinya pada keefektifan dari pengendalian atas sistem harga seperti pada aktivitas ekonomi yang memberikan kontribusi pada efisiensi produktif secara umum dan memiliki arti sosial yang jelas, suatu nilai bagi komunitas industri secara keseluruhan.
Teori Paton mengenai sistem akuntansi terdiri atas suatu pembahasan logis dan justifikasi dari struktur akuntansi dilihat dari segi kelompok – kelompok fundamental dari akun – akun kepemilikan dan kewajiban ; akun harta dan ekuitas, jenis – jenis transaksi, pegeluaran, pendapatan, dan akun – akun tambahan, klasifikasi akun, analisis periodik, serta konsep debit dan kredit. Paton menyatakan:
Pandangan liberal yang menyatakan bahwa secara ideal, seluruh perubahan dari nilai secara bonafide ke arah manapun, dari sebab apapun juga, hendaknya tercermin di dalam akun – akun dan telah diterapkan tanpa argumentasi. Untuk menunjukkan bahwa seluruh kemungkinan jenis – jenis situasi dan transaksi dapat ditangani dengan cara yang rasional sesuai dengan prinsip yang berlaku adalah alasan utama dari sikap seperti ini.

4.2 Gambaran Subjek Permasalahan
Bagi mereka yang menerapkan paradigma laba sebenarnya/deduktif, subjek permasalahan yang mendasar adalah :
1. Penyusunan suatu teori akuntansi berdasarkan pada pemikiran yang logis dan normatif dan ketegasan konseptual, dan
2. Suatu konsep laba yang ideal berdasarkan pada metode lain di samping metode biaya historis.

MacNeal menyatakan suatu konsep laba ideal sebagai berikut :
Terdapat satu definisi yang tepat dari laba dalam artian akuntansi. “Laba” adalah suatu peningkatan kekayaan bersih. “Kerugian” adalah penurunan dari kekayaan bersih. Definisi ini merupakan definisi seorang ekonom. Ia singkat, jelas dan dapat ditunjukkan secara matematis.

Alexander , yang juga mengemukakan mengenai suatu konsep laba ideal, menyatakan :
Kita juga harus menemukan apakah laba ekonomi adalah suatu hal yang ideal, dimana laba akuntansi hanya memiliki perbedaan sampai sejauh tingkatan bahwa ideal adalah suatu hal yang secara praktik tidak akan dapat terpenuhi atau apakah laba ekonomi adalah suatu hal yang pantas bahkan jika tidak dapat diukur dengan pasti.

4.3 Teori
Teori – teori yang muncul dari paradigma laba sebenarnya/deduktif menyajikan alternatif – alternatif bagi sistem akuntansi biaya historis. Secara umum, ada 5 teori atau kelompok pemikiran yang dapat diidentifikasikan :
1. Akuntansi tingkat harga yang telah disesuaikan (atau daya beli saa ini)
2. Akuntansi biaya pengganti
3. Akuntansi nilai pembatasan
4. Akuntansi kontemporer (nilai bersih yang dapat direalisasikan) secara kontinu
5. Akuntansi nilai sekarang

Masing – masing teori diatas menyajikan metode – metode alternatif dari penilaian aktiva dan penentuan laba yang diduga dapat mengatasi kelemahan – kelemahan dari sistem akuntansi biaya historis.

4.4 Metode
Bagi mereka yang menerima paradigma laba sebenarnya/deduktif umumnya menerapkan pemikiran analitis untuk membenarkan penyusunan dari suatu teori akuntansi atau untuk mengungkapkan mengenai keunggulan – keunggulan dari model penilaian aktiva/penentuan laba tertentu selain dari akuntansi biaya historis. Para pendukung dari paradigma ini umumnya melanjutkan dari tujuan dan postulat-postulat mengenai lingkungan hingga ke metode – metode yang spesifik.

V. PARADIGMA KEGUNAAN KEPUTUSAN / MODEL KEPUTUSAN

5.1 Contoh
Chambers adalah salah seorang yang pertama kali mengemukakan mengenai paradigma kegunaan keputusan / model keputusan ini :
Oleh sebab itu, merupakan suatu akibat yang wajar dari asumsi adanya manajemen yang rasional bahwa akan terdapat suatu sistem yang memberikan informasi, di mana sistem semacam itu diminta baik sebagai dasar untuk meninjau konsekuensi – konsekuensi dari keputusan. Sebuah sistem yang memberikan informasi secara formal akan memenuhi kedua dalil di atas.
Hal yang pertama merupakan suatu persyaratan dari sebuah wacana logis. Sistem secara logika hendaknya konsisten; tidak diperbolehkan adanya aturan atau proses yang bertentangan dengan aturan atau proses manapun juga. Dalil yang kedua muncul dari penggunaan laporan – laporan akuntansi sebagai suatu dasar untuk pengambilan keputusan dengan konsekuensi praktis. Informasi yang diberikan oleh sistem semacam itu hendaknya relevan dengan jenis keputusan yang diharapkan akan difasilitasi oleh pembuatannya.
Chambers tidak mengejar pandangan mengenai paradigma kegunaan keputusan/model keputusan (decision – model) ini. Ia lebih memilih untuk mendasarkan suatu teori akuntansi berdasarkan atas kegunaan dari “setara kas lancar”, dari pada model – model keputusan dari kelompok – kelompok pengguna tertentu. Demikian pula, May menawarkan suau daftar kegunaan dari akun – akun keuangan tanpa secara eksplisit menerapkan pendekatan model keputusan di dalam formulasi dari suatu teori akuntansi. Menurut May, akun keuangan digunakan sebagai :
1. Laporan mengenai kepengurusan
2. Suatu basis bagi kebijakan fiskal
3. Suatu kriteria mengenai legalitas dari dividen
4. Suatu pedoman untuk menyadarkan aktivitas deviden
5. Suatu basis bagi pemberian kredit
6. Informasi bagi calon – calon investor prospektif
7. Suatu pedoman mengenai nilai dari investasi yang telah dihasilkan
8. Bantuan bagi supervisi pemerintah
9. Suatu basis untuk regulasi tingkat harga
10. Suatu basis untuk perpajakan

Bahkan, perkataan yang dilontarkan oleh Beaver, Kennelly dan Voss, dan Sterling dapat diianggap sebagai contoh sejati dari paradigma kegunaan / model keputusan ini. Beaver, Kennelly dan Voss mengkaji asal dari kriteria kemampuan peramalan, hubungannya terhadap fasilitasi dari pengambilan keputusan dan kesulitan – kesulitan potensial, yang dikaitkan dengan implementasinya. Menurut kriteria kemampuan peramalan ini, metode – metode alternatif dari pengukuran akuntansi dievaluasi dengan dilihat dari segi kemampuan yang mereka miliki untuk meramalkan peristiwa – peristiwa ekonomi :
Ukuran yang memiliki ketentuan peramalan terbesar dalam kaitannya dengan suatu peristiwa tertentu akan dianggap sebagai metode “terbaik” untuk tujuan tersebut.
Kriteria kemampuan peramalan ini disajikan sebagai suatu kriteria tujuan, dalam arti bahwa data akuntansi seharusnya divaluasi berdasarkan atas tujuan atau kegunaannya yang merupakan : suatu hal yang berlaku umum di dalam akuntansi dalam fasilitas pengambilan keputusan. Kriteria kemampuan peramalan diasumsikan sebagai sesuatu yang relevan, bahkan ketika diterapkan bersama – sama dengan model keputusan berspesifikasi rendah :

Karena peramalan merupakan suau bagian yang inheren dalam proses pengambilan keputusan, pengetahuann mengenai kemampuan peramaian dan ukuran – ukuran alternatif adalah suatu persyaratan untuk menggunakan krteri apengambilan keputusan. Dalam waktu yang bersamaan, ia memungkinkan ditariknya kesimpulan sementara sehubungan dengan pengukuran – pengukuran alternatif, yang masih menunggu konfirmasi lebih lanjut ketika nanti model – model pengambilan keputusan akhirnya dapat dinyatakan. Penggunaan kemampuan peramalan sebagai suatu kriteria tujuan adalah lebih dari hanya sekedar konsistensi terhadap orientasi pengambilan keputusan dari akuntansi. Ia dapat memberikan isi dari penelitian yang akan membawa akuntansi lebih dekat ke arah sasarannya dalam melakukan evaluasi dilihat dari segi orientasi pengambilan keputusan.
Sterling mengembangkan kriteria yang akan digunakan dalam mengevaluasi beragam ukuran kekayaan dan laba. Melihat pertentangan sudut pandang yang terjadi mengenai tujuan dari laporan - laporan akuntansi. Sterling memilih kegunaan sebagai kriteria yang menolak metode pengukuran, dengan menekankan kepentingan yang ia miliki di atas persyaratan – persyaratan lain seperti objektivitas dan verifiabilitas (dapat diuji).
Dengan berutang pada beranekaragamnya para pengambil keputusan serta ketidakmungkinan ekonomi dan fisik yang inheren dalam memberikan seluruh informasi yang diinginkan oleh pengguna, Sterling memilih kegunaan sebagai kriteria yang relevan dalam model – model pengambilan keputusan:

Basis pemilihan yang saya sulai adalah memberikan informasi bagi model – model pengambilan keputusan yang rasional. Kata sifat “rasional” artinya didefinisikan sebagai model – model pengambilan keputusan yang kemungkinan besar akan memungkinkan para pengambil keputusan untuk mencapai sasaran mereka.
Kesimpulannya, suatu sistem akuntansi hendaknya dirancang untuk memberikan informasi yang relevan terhadap model – model pengambilan keputusan yang rasional. Sistem akuntansi tidak dapat memberikan semua informasi yang diinginkan oleh semua pengambil keputusan dan, oleh karenanya, kita harus memutuskan untuk mengeluarkan beberapa jenis informasi dan memasukkan jenis – jenis informasi yang lainnya.
Membatasi model – model pengambilan keputusan ke model – model yang rasional memungkinkan adanya pengecualian sekumpulan data berdasarkan atas tingkah laku dari para pengambil keputusan. Ia memungkinkan kita untuk berkonsentrasi pada hal – hal yang telah terbukti efektif dalam mencapai sasaran para pengambil keputusan.

5.2 Gambaran Pokok Masalah
Bagi para pengguna paradigma decision-usefulness/decision-model, pokok persoalan dasarnya adalah manfaat informasi akuntansi dalam model keputusan. Informasi yang relevan dengan model atau kriteria keputusan ditentukan dan diterapkan dengan memilih alternatif akuntansi terbaik. Kemanfaatan dalam model keputusan sama dengan model keputusan yang relevan. Sebagai contoh, Sterling menyatakan:
Apabila suatu properti dapat ditentukan oleh sebuah model pembuatan keputusan, maka pengukuran terhadap properti tersebut dikatakan relevan (dengan model keputusan tersebut). Apabila suatu properti tidak dapat ditentukan oleh sebuah model pembuatan keputusan, maka pengukuran terhadap properti tersebut dikatakan tidak relevan (dengan model keputusan tersebut).



5.3 Teori-teori
Dua bentuk teori dapat dimasukkan sebagai bagian paradigma decision-usefulness!de¬cision-model Bentuk pertama berhubungan dengan perbedaan bentuk model keputusan yang berhubungan dengan pembuatan keputusan bisnis (seperti EOQ, PERT, linear programming, penganggaran modal, beli vs sewa beli [lease], membuat atau membeli dan sebagainya). Informasi yang diperlukan oleh sebagian besar model ini dengan mudah dapat ditentukan. Bentuk kedua berhubungan dengan perbedaan kejadian ekonomis yang mungkin dapat mempengaruhi going concern (seperti kebangkrutan, pengambilalihan, merger, peringkat obligasi, dan sebagainya). Teori yang menghubungkan informasi akuntansi dengan kejadian-kejadian tersebut banyak yang tidak dapat diketahui. Pengembangan sejumlah teori merupakan tujuan utama aktivitas tersebut dalam paradigma decision-usefulness/decision-model.

5.4 Metode-metode
Para pengguna paradigma cenderung untuk tergantung pada teknik-teknik empirik dalam menentukan kemampuan prediktif dari elemen-elemen informasi yang terpilih. Pendekatan yang umumnya digunakan dalam analisis diskriminan untuk mengelompokkannya dalam satu bentuk kelompok dari sejumlah kelompok yang ada sebelumnya, tergantung pada karakteristik keuangan perusahaan secara individual.


VI. PARADIGMA KEGUNAAN KEPUTUSAN /PENGAMBIL KEPUTUSAN/PERILAKU PASAR AGREGAT

6.1 Contoh
Contoh dari paradigma ini adalah karya Gonedes serta Gonedes dan Dopuch.59 Dalam tulisannya yang bersifat pelopor, Gonedes mengembangkan ketertarikan dalam deci¬sion-usefulness dari respons pengguna secara individual ke respons pasar secara keseluruhan (aggregate-market response). Dengan berpendapat bahwa respons pasar (misalnya antisipasi respons terhadap harga) terhadap perhitungan akuntansi akan mengarahkan penilaian kandungan informasi perhitungan tersebut, serta terhadap prosedur yang digunakan untuk membuat informasi tersebut, Gonedes mengembangkan model paradigma pasar secara keseluruhan yang menyatakan bahwa prosedur perhitungan akuntansi memiliki kandungan informasi yang dinyatakan oleh respons pasar. Untuk membalas argumen bahwa (1) prosedur yang digunakan untuk menghasilkan perhitungan tersebut mungkin dipengaruhi oleh ketidakefisienan pasar dan (2) bahwa respons penerima informasi mungkin akan terkondisikan pada perhitungan akuntansi dengan cara tertentu. Gonedes berpendapat bahwa apabila kedua kondisi tersebut benar, kesempatan bagi siapa saja yang dapat memperoleh informasi tersebut untuk mendapat abnormal return akan disajikan sebagai dasar untuk mematikan paradigma pasar dalam hubungannya dengan konsep pasar modal yang efisien.
Dalam tulisannya yang memperoleh penghargaan, Gonedes dan Dopuch menyajikan suatu kerangka teoretis untuk menilai prosedur dan pengaruh dari akuntansi alternatif yang disenangi. Pendekatan mereka menekankan pada penggunaan harga saham oleh pemilik (prices firms ownership shares). Gonedes dan Dopuch menyimpulkan bahwa analisis yang didasarkan pada harga akan memadai untuk menilai pengaruh prosedur akuntansi alternatif. Kesimpulan ini terutama didasarkan pada kasus kegagalan pasar, di mana pada kasus tersebut informasi untuk kepentingan umum tidak dapat dipisahkan dari nonpurchaser. Pada sejumlah kasus, harga saham perusahaan tidak dapat digunakan untuk menilai keunggulan prosedur atau peraturan akuntansi alternatif.
Di antara kegagalan pasar yang mungkin terjadi isu seleksi yang bersifat merugikan. Contoh lainnya adalah pengaruh informasi pada kelengkapan pasar dan pengaturan distribusi risiko yang efisien. Gonedes dan Dopuch juga mencatat bahwa sejumlah kritik didasarkan pada efisiensi pasar modal tentang penilaian pengaruh apabila mereka melakukan penilaian terhadap keunggulannya.
Suatu bentuk karya kontemporer yang dilakukan Beaver juga dipandang sebagai contoh yang patut diikuti dalam paradigma decision-usefulness/decision-maker/agregat-market-behauior. Beaver mengeluarkan isu tentang pentingnya hubungan antara data akuntansi dan perilaku sekuritas.
Hal ini patut dipikirkan karena Beaver berpendapat bahwa sistem informasi yang optimal bagi investor dapat dipilih tanpa pengetahuari bagaimana data akuntansi dimasukkan dalam harga, karena harga ini menentukan kesejahteraan dan akibat kesejahteraan dari keputusan investasi individu dalam banyak periode.

6.2 Cambaran Pokok Masalah
Bagi para pengguna paradigma dedsion-usefulnessi'decision-makeri'agregat-market-be-hauior, pokok masalah sesungguhnya adalah respons pasar secara keseluruhan terhadap variabel-variabel akuntansi. Para penulis di atas sependapat bahwa manfaat keputusan secara umum dalam variabel akuntansi dapat diperoleh dari perilaku pasar secara keseluruhan, atau seperti yang disajikan oleh Gonedes dan Dopuch, hanya pengaruh prosedur akuntansi alternatif atau spekulasi yang dapat dinilai dari perilaku pasar secara keseluruhan. Menurut Gonedes dan Dopuch, pemilihan sistem informasi akuntansi ditentukan oleh perilaku pasar secara keseluruhan.

6.3 Teori
Hubungan antara perilaku pasar agregat dan variabel akuntansi di dasarkan pada teori mengenai efisiensi pasar modal. Menurut teori ini, pasar untuk surat berharga akan dianggap tidak efisiensi di mana harga pasar “sepenuhnya mencerminkan” seluruuh informasi yang tersedia untuk publik dan sebagai implikasinya, harga pasar adalah tidak bias dan dapat dengan segera merespons informasi baru. Teori ini memiliki artian bahwa secara rata – rata, pengembalian yang abnormal ( kelebihan pengembalian dari ekuilibrium pengembalian yang diharapakan) yang diperoleh karena menerapkan seperangkat informasi yang ada dan bersama – sama dengan skema perdagangan mana pun adalah nol. Perubahan perangkat informasi ini akan secara otimatis menghasilkan ekuilibrium baru. Bahkan teori ini mengkonfirmasikan paradigma perilaku pasar yang meliputi :
1. Model pasar efisien
2. Hipotesis pasar efisien
3. Model penetapan harga aktiva modal
4. Teori penetapan harga arbitrase dan
5. Teori ekuilibrium mengenai penetapan harga opsi

6.4 Metode
Mereka yang menerima paradigma pasar bergantung pada metode – metode berikut ini :
1. Model pasar
2. Model estimasi beta
3. Metodologi studi peristiwa
4. Model penilaian dari Ohlson
5. Model evaluasi neraca tingkat harga
6. Model muatan informasi dari laba, dan
7. Model mengenai hubungan antara laba dan pengambilan

VII. PARADIGMA KEGUNAAN KEPUTUSAN/ PENGAMBIL KEPUTUSAN/ PENGGUNA INDIVIDU

7.1 Contoh
Karya William Bruns mungkin dapat dipertimbangkan sebagai contoh paradigma ini.75 Bruns mengajukan hipotesis bahwa hubungan pemakaian informasi akuntansi dan informasi akuntansi yang relevan dengan konsep pembuatan keputusan akuntansi; serta informasi lain yang tersedia untuk mempengaruhi keputusan. Hipotesis ini juga dikembangkan dalam sebuah model yang mengidentifikasi dan menghubungkan sejumlah faktor yang dapat menentukan kapan suatu keputusan dipengaruhi oleh sistem dan informasi akuntansi. Penelitian dalam bidang akuntansi keperilakuan merupakan penelitian tentang bagaimana fungsi dan pelaporan akuntansi mempengaruhi perilaku akuntan dan bukan akuntan.

7.2 Gambaran Pokok Masalah
Bagi mereka yang mengharapkan paradigma kegunaan keputusan/pengambil keputusan/pengguna individu,subjek permasalahan yang mendasar adalah respon dari pengguna individu terhadap variabel akuntansi. Para pendukung paradigma ini berpendapat bahwa secara umum manfaat variabel akuntansi terhadap pembuatan keputusan dapat dilihat dari sudut perilaku manusia. Dengan kata lain, akuntansi dipandang sebagai proses keperilakuan. Tujuan penelitian akuntansi keperilakuan adalah untuk memahami, menguraikan, dan memprediksi perilaku manusia dalam hubungannya dengan akuntansi. Paradigma ini berhubungan dengan kepentingan pengguna akuntansi secara internal, prosedur dan penilai informasi, serta masyarakat umum atau perwakilannya.

7.3 Teori-teori
Sebagian besar penelitian yang berhubungan dengan paradigma decision-usefulness/ decision-maker/individual-user tidak dikaitkan dengan manfaatnya dalam pembentukan teori secara jelas. Secara umum, alternatif untuk mengembangkan teori akuntansi keperilakuan yang memadai meminjam dari disiplin ilmu yang lain. Sebagian besar teori tersebut cukup memadai untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia dalam hubungannya dengan akuntansi. Teori-teori pinjaman ini di antaranya:
1. relativisme kognitif dalam akuntansi
2. relativisme budaya dalam akuntansi
3. pengaruh keperilakuan dari informasi akuntansi
4. relativisme linguistik dalam akuntansi
5. hipotesis fiksasi fungsional dan fiksasi data
6. hipotesis information inductance
7. hipotesis slack organisasional dan penganggaran
8. pendekatan kontinjensi dalam penyusunan sistem akuntansi
9. penganggaran partisipatif dan kinerja
10. model pemrosesan informasi yang berhubungan dengan manusia
meliputi:
(a). the lens model
(b). the probabilistic judgment model
(c). the predecisonal behavioral model dan
(d). the cognitive style approach


7.4 Metodel
Para pengguna paradigma ini cenderung untuk menggunakan seluruh metode yang disukai oleh para ahli keperilakuan—teknik pengamatan, wawancara, dan kuesioner serta eksperimen merupakan metode yang banyak digunakan. Hal ini juga merupakan awal yang baik untuk suatu proses pengakuan.

VIII. PARADIGMA INFORMASI / EKONOMI

8.1 Contoh
Contoh yang dapat dilihat dari paradigma ini adalah apa yang dilakukan oleh Crandall, Feltham, serta Feltham, dan Demski.90 Dalam tulisannya yang bersifat pelopor, Feltham menyajikan suatu rerangka untuk menentukan nilai suatu perubahan dalam informasi untuk pembuatan keputusan. Rerangka ini mendasarkan diri pada komponen individual yang diperlukan untuk menghitung expected payoff (atau utility) untuk sistem informasi tertentu. Komponen tersebut meliputi:
1. sekumpulan tindakan yang mungkin dilakukan di setiap periode dalam suatu cakrawala waktu;
2. fungsi payoff atas kejadian-kejadian yang mungkin muncul sepanjang periode;
3. hubungan probabilistik antara kejadian masa lalu dan yang akan datang;
4. kejadian-kejadian dan sinyal-sinyal dari sistem informasi, termasuk sinyal yang lalu dan yang akan datang;
5. sekumpulan aturan pembuatan keputusan sebagai fungsi-fungsi sinyal.

Rerangka ini menyatakan bahwa nilai perubahan dari suatu sistem informasi ke sistem lainnya serupa dengan perbedaan antara expected payoff dari dua alternatif lainnya.
Crandall menguji manfaat paradigma information/economics terhadap pengembangan teori akuntansi di masa datang dan menawarkan pendekatan applied information economics sebagai suatu aliran teori bam. Singkatnya pendekatan ini terdiri dari pengakuan secara eksplisit terhadap setiap komponen model information/econo¬mics dan pengembangan cakupan desain akuntansi yang memasukkan seluruh komponen tersebut. Crandall mendefinisikan komponen-komponen tersebut sebagai "filter", "model", "channel", "decoding", dan "decision rule". Implikasinya terhadap pengembangan teori akuntansi di masa depan dinyatakan sebagai berikut:
Pengembangan teori akuntansi yang ideal akan menjadi pengembangan teori konstruktif dari informasi ekonomis, di mana dalam sejumlah model yang signifikan, seseorang dapat mengembangkan algoritma yang secara teoretik menunjukkan desain sistem terbaik, dalam sejumlah asumsi yang ada.
[Tujuannya adalah] untuk memungkinkan penyusunan dan penilaian sistem informasi untuk tujuan maksimalisasi utilitas untuk setiap pengguna, pembatasan subjek biaya sistem, aturan pembuatan keputusan yang tersedia, teknologi yang mutakhir, dan kemungkinan untuk memperoleh informasi dari keadaan sesungguhnya.
Contoh yang ketiga yaitu "The Use of Models in Information Evaluation" oleh Feltham dan Demski, menyajikan dan mendiskusikan sebuah model pemilihan informasi yang memandang penilaian informasi dari sudut cost-benefit dan dari proses yang berurutan. Keseluruhan proses tersebut diringkas sebagai berikut:
... perincian sistem informasi pokok menghasilkan sekumpulan sinyal yang dapat ditawarkan pada pembuat keputusan; para pembuat keputusan kemudian dapat menggunakan informasi yang dihasilkan dalam menyeleksi tindakannya; dan tindakan ini secara bagian per bagian dapat menentukan kejadian x dari periode selanjutnya. Penilaian informasi harus memprediksi hubungan antara setiap elemen tersebut di atas: sinyal yang menghasilkan proses, O(y/T|); a (y/ r\); prediksi para pembuat keputusan - dan proses pemilihan aktivitas; serta hubungan antara tindakan terpilih dan tindakan yang akan muncul, Ofx/y, r\/ a) w(x). Selanjutnya, para pembuat keputusan harus memprediksi gross pay¬off yang akan diperolehnya dari kejadian pada periode berikutnya, serta cost dari operasi sistem informasi pokok w'(y,r)).93


8.2 Gambaran Pokok Masalah
Bagi para pengguna paradigma information/economics, pokok masalahnya adalah:
1. Informasi merupakan suatu komoditas ekonomis, dan
2. perolehan sejumlah informasi dalam masalah pemilihan ekonomis.

Nilai informasi dipandang dari sudut kriteria cost-benefit dalam struktur formal teori pembuatan keputusan dan teori ekonomi. Hal ini dinyatakan dengan cara sebagai berikut:
... argumen yang mengatasnamakan accrual accounting mengacu pada dasar pemikiran bahwa (1) pelaporan income berbasis accrual accounting menyampaikan lebih banyak informasi daripada sistem akuntansi yang berorientasi cash-flow, (2) accrual accounting merupakan cara yang paling efisien untuk menyampaikan informasi tambahan ini, dan akibat-akibat yang ditimbulkannya, (3) nilai yang dihasilkan oleh informasi tambahan ini melebihi cost untuk memproduksinya.
Informasi akuntansi dievaluasi dalam hubungannya dengan kemampuan untuk meningkatkan kualitas pemilihan secara optimal dalam masalah pemilihan yang harus diselesaikan oleh seorang individu atau sejumlah individu dalam sekelompok individu yang heterogen. Seorang individu harus memilih di antara sejumlah tindakan yang juga memiliki probabilitas hasil berbeda. Asumsikan secara konsisten bahwa perilaku pemilihan yang rasional akan diarahkan oleh expected utility hypothesis, maka tindakan dengan expected payoff (atau utility) terbesar akan lebih disukai individu. Dalam kaitannya dengan hal ini, informasi diperlukan untuk revisi probabilitas outcomes sesungguhnya. Jadi individu akan mengahadapi dua tahap proses:
1. tahap pertama, saat sistem informasi menghasilkan sinyal-sinyal yang berbeda;
2. tahap kedua, saat ketaatan sinyal menghasilkan revisi probabilitas dan pemilihan kondisi dengan tindakan terbaik.

Sistem informasi dengan expected utility terbesar lebih disukai. Informasi yang diperlukan dalam analisis revisi probabilitas secara sistematis (Bayesian-version) pada gilirannya memudahkan analisis informasi dengan dasar yang bersifat subjektif yaitu aturan maksimalisasi expected utility.

8.3 Teori-teori
Paradigma information/economic memberikan gambaran mendalam tentang "theory of teams", yang dikembangkan oleh Marschak dan Radner,95 pada teori keputusan secara statistik, dan pada teori ekonomi pemilihan. Apa yang dihasilkan adalah teori normatif dari penilaian informasi untuk analisis sistematis terhadap alternatif-alternatif informasi. Fokus paradigma information/economic adalah asumsi ekonomi tradisional yang konsisten, yaitu perilaku pemilihan yang rasional.

8.4 Metode-metode
Para pengguna paradigma ini umumnya memanfaatkan alasan analitis dengan dasar teori keputusan secara statistik dan teori ekonomis proses pemilihan. Pendekatan ini memisahkan hubungan-hubungan yang bersifat umum dan pengaruh rencana alternatif, kemudian menerapkan Bayesian-revision analysis dan kriteria cost-benefit untuk menganalisis pertanyaan-pertanyaan tentang kebijakan akuntansi. Asumsi utama pendekatan ini adalah rasionalitas.

IX. ILMU AKUNTANSI
Situasi dalam penelitian akuntansi telah meningkat secara drastis dalam beberapa tahun. Uraian bukti berikut ini menguraikan situasi yang dibuat pada tanggal 20 Desember 1923 oleh Henry Rand Hatfield dalam American Accounting Association of University Instructors in Accounting:
Saya yakin bahwa para kolega saya memandang akuntansi sebagai penyusup (intruder), seperti Saul di antara para nabi, seorang paria (kasta terendah di India) yang kehadirannya sangat mengurangi kesucian dinding-dinding akademik. Ini kenyataan bahwa kita sendiri yang membicarakan ilmu hitung-hitungan, atau seni akuntansi, bahkan filosofi hitung-hitungan. Namun ini yang berat, akuntansi hanya dipandang sebagi ilmu palsu yang tidak diakui oleh J. McKeen Cartel; yang produknya tidak ditampilkan di salon maupun di akademi nasional; kami menemukan bahwa akuntansi tidak dibicarakan oleh orang yang realis, idealis, maupun fenomenalis. Para humanis melihat kita dengan rendah seperti seseorang yang perlu diceburkan dalam kubangan dollar dan sent yang kotor, bahkan seperti mainan yang tak henti-hentinya berusaha mencari nyawa; para ilmuwan dan teknokrat melihat kita dengan rendah, sebagai orang yang mampunya hanya mencatat daripada membuat.
Tidak ada gunanya mengatakan bahwa situasi telah berubah untuk mendukung agenda penelitian yang dinamis, seperti adanya bukti transformasi akuntansi ke dalam ilmu yang benar-benar secara penuh diakui sebagai "ilmu normal" dengan paradigma-paradigma bersaing yang berusaha menegakkan dominasi. Penelitian akuntansi didasarkan pada sekumpulan asumsi umum tentang ilmu dan masyarakat sosial, dan telah menghasilkan perdebatan yang sehat tentang bagaimana memperkaya dan mengembangkan pemahaman kita tentang praktik akuntansi. Aliran utama penelitian akuntansi memandang secara sejajar antara ilmu fisik, sosial, dan akuntansi, justifikasi dalam proses penghitungan hypothetic-deductive dari penjelasan secara ilmiah dan perlunya konfirmasi terhadap hipotesis tersebut.
Pertanyaan pertama adalah apakah akuntansi sebagai suatu ilmu tidak pernah mampu menjawab secara memadai. Definisi ilmu oleh Buzzell adalah:
seperangkat pengetahuan yang tersusun secara sistematis ... mengatur satu atau lebih teori pokok dan sejumlah prinsip umum ... yang biasanya ditunjukkan secara kuantitatif ... pengetahuan yang memungkinkan prediksi, dan dalam kondisi-kondisi tertentu dapat mengontrol keadaan di masa depan.
Akuntansi memenuhi kriteria di atas. Akuntansi secara jelas membedakan pokok-pokok masalah dan memasukkan keseragaman serta keteraturan yang mendasari hubungan empirik, penyamarataan secara otoritatif, konsep-konsep, prinsip, aturan-aturan maupun teori-teori. Akuntansi secara jelas dapat dikategorikan sebagai suatu ilmu. Apabila seseorang menganut argumen keseragaman ilmu, metode keilmuan yang tunggal sama-sama dapat diaplikasikan dalam akuntansi atau ilmu-ilmu lainnya. Seperti pengamatan Carl Hempel:
Tesis tentang kesatuan metodologi ilmu menyatakan bahwa yang utama, tanpa berusaha menahan adanya banyak perbedaan teknik investigasi, seluruh cabang pengujian ilmu secara empirik dan dukungan pernyataan yang pada dasarnya memiliki arti sama, yang diperoleh dari sejumlah akibat, dapat diuji antar subjek dengan menampilkan akibat-akibatnya melalui serangkaian eksperimen atau pengujian yang memadai. Kesatuan metode yang diyakini ini sesungguhnya juga merupakan disiplin ilmu psikologi, sosial, maupun sejarah. Untuk menanggapi tuntutan bahwa para sarjana di bidang ini kadang-kadang mengandalkan empati dalam menentukan penilaiannya, yang sebenarnya bertentangan dengan ilmu sosial, para penulis logika empiris menekankan bahwa identifikasi imajinatif pada diri seseorang kadang-kadang membuktikan perlunya bantuan pengalaman masa lalu yang bermanfaat (heuristic) bagi para pemeriksa yang sedang menilai hipotesis tentang keyakinan, harapan, ketakutan dan tujuan seseorang. Namun benar tidaknya hipotesis yang mereka peroleh, seharusnya ditentukan berdasarkan bukti-bukti yang objektif; pengalaman empati di masa lalu dalam kasus ini secara logika tidak relevan.
Dengan demikian, seharusnya terdapat penerimaan secara umum oleh seluruh ilmu tentang metodologi untuk pembenaran suatu pengetahuan. Metodologi ini tergantung pada penentuan apakah secara prinsip nilai yang benar dapat ditentukan dalam suatu hipotesis-yang dengan demikian apakah berulangkali dapat disangkal, dikonfirmasikan, dipalsukan, atau diverifikasi. Confirmation merupakan perluasan apakah sebuah hipotesis secara empirik memiliki kemampuan untuk dibuktikan kebenarannya. Falsification adalah sejauh mana sebuah hipotesis secara empirik memiliki kemampuan untuk dibuktikan kesalahannya, yang dengan demikian gagal untuk menyajikan keadaan sesungguhnya secara akurat. Konfirmasi sebuah hipotesis tidak selalu berakibat bahwa hipotesis tersebut juga mampu untuk dibuktikan kesalahannya, demikian pula sebaliknya. Kenyataannya, hipotesis yang secara alami berdasarkan teori dapat secara sunguh-sungguh dikonfimasikan, disangkal, atau dikonfirmasikan dan disangkal. Hipotesis yang sungguh-sungguh dapat dikonfirmasi (purely confirmable hypotheses) diperoleh dari adanya pernyataan yang menawarkan sejumlah fenomena. Contohnya: hipotesis yang menyatakan "Ada akuntan publik dalam kantor akuntan yang memandang bahwa akuntansi inflasi itu tidak bermanfaat" merupakan hipotesis yang sunguh-sungguh dapat dikonfirmasi. Hipotesis yang sungguh-sungguh dapat disangkal (purely refutable hy¬potheses) diperoleh dari peraturan-peraturan umum, yang berarti merupakan pernyataan yang diperoleh dari kondisi secara umum. Sebagai contoh adalah hipotesis "seluruh akuntan adalah akuntan bersertifikat publik". Apabila hipotesis tersebut dinyatakan sebagai "ada akuntan yang bersertifikat akuntan publik", maka hipotesis merupakan pernyataan yang eksistensial, yang benar-benar dapat dikonfirmasikan. Dengan demikian tampak bahwa peraturan umum pada dasarnya merupakan pernyataan eksistensial yang negatif dan dengan demikian benar-benar dapat disangkal atau memiliki kemampuan untuk dapat dibuktikan tidak benar.
Baik hipotesis yang dapat dikonfirmasi maupun disangkal diperoleh dari pernyataan-pernyataan yang sifatnya tunggal, sehingga pernyataan yang hanya mengacu pada fenomena tertentu menjadi terikat oleh waktu dan tempat. Sebagai contoh adalah hipotesis "Setiap individu toleran terhadap sikap ambiguitas" merupakan hipotesis yang dapat disangkal maupun dikonfirmasi. Walaupun demikian ada juga hipotesis yang benar-benar dengan tegas tidak dapat disangkal maupun dikonfirmasi. Biasanya hipotesis tersebut merupakan hipotesis yang muncul dari statistik atau kecenderungan peraturan yang merupakan pernyataan untuk menentukan hilangnya hubungan statistik tertentu antara suatu fenomena dengan sejumlah besar variabel. Sebagian besar hipotesis akuntansi gugur dalam kategori ini, yang menyebabkan hipotesis-hipotesis tersebut benar-benar dengan tegas tidak dapat disangkal maupun dikonfirmasi. Model pasar modal, model prediksi akuntansi dari kejadian ekonomi, teori akuntansi positif, model pemrosesan informasi sumber daya manusia, dan sebagian besar penelitian empirik dalam bidang akuntansi cocok dengan uraian tersebut. Apabila data yang ada kontradiktif dengan hipotesis yang diperoleh dari teori atau model-model tersebut, para pengguna hipotesis tersebut selalu mengajukan alasan pembenaran seperti data yang terkontaminasi atau ukuran sampel yang kecil atau bias. Penelitian yang retorik memegang peranan penting dalam menantang apa pun yang dihasilkan oleh data. Apakah ini menjadi penyebab adanya peringatan, seperti adanya hukum statistik yang terikat dalam penelitian akuntansi? Bunge menyatakan bahwa hal ini dapat saja merupakan kesalahan.
Sejumlah die-hard classical determinists menyatakan bahwa pernyataan stokastik tidak berhak untuk mendapat sebutan hukum yang patut dihormati, karena peran mereka yang terbaik hanyalah sebagai perangkat yang sifatnya kontemporer. Pandangan yang bertentangan dengan perkembangan jaman ini tidak bertahan lama dalam bidang fisik, kimia, dan cabang ilmu biologi tertentu (khususnya genetika), terutama sejak ilmu-ilmu tersebut menemukan bahwa hampir semua hukum dalam bidang-bidang tersebut merupakan hukum stokastik yang mungkin berasal dari aturan dengan fokus pada sistem tunggal dalam hubungannya dengan hipotesis statistik yang disyaratkan, seperti kompensasi dari deviasi acak. Namun demikian, anggapan yang menolak hukum stokastik tetap menyebabkan sejumlah kesalahan secara psikologi dan sosiologi, karena anggapan ini memberikan kemungkinan untuk menghalangi pendekatan stokastik tanpa kompensasi terhadap kerugian yang disebabkan oleh penelitian ilmiah seseorang.100
Penyangkalan atau pengkonfirmasian dilakukan melalui kesaksian berulang dan bukti-bukti baru.

X. DEKONSTRUKSI
Berbagai tulisan akuntansi tentang paradigma atau teori akuntansi tertentu menyatakan bahwa paradigma dan teori tersebut seharusnya memiliki hak-hak istimewa dibandingkan bentuk-bentuk pengetahuan atau tulisan akuntansi lainnya. Tulisan tersebut digunakan untuk menjamin kewenangan (hegemony) suatu paradigma dan kepentingan tertentu, sebagai penghambat produksi pengetahuan lainnya. Sebuah ungkapan filosofis dengan nama dekonstruksi (deconstruction) diperkenalkan oleh Derrida101 dimaksudkan untuk menumbangkan upaya-upaya tersebut. Karena produksi pengetahuan berdasarkan pengalaman didasarkan pada bahasa, dekonstruksi menggunakan sistem yang dimiliki pengarang itu sendiri untuk mengungkap bagaimana tulisan dapat menghancurkan sistem tersebut. Seperti yang dinyatakan Norris:
Derrida menolak untuk mengakui secara filosofis status bentuk hak-hak istimewa yang selalu dijadikan sebagai alasan orang untuk memerintah. Derrida menentang anggapan ini untuk membangkitkan dasar yang menjadi pilihannya sendiri. Dia berpendapat bahwa para filsuf telah dan masih mampu memaksakan berbagai sistem pemikiran mereka hanya dengan pengabaian atau penekanan, pengaruh bahasa yang mengganggu. Tujuan dia adalah selalu menghilangkan pengaruh-pengaruh tersebut melalui bacaan-bacaan kritis yang mengikat dan memperkaya dengan cepat, elemen-elemen kiasan dan bentuk-bentuk perlambang lainnya dalam karya di tulisan-tulisan filosofis.102
Apa yang secara tidak langsung diakibatkan oleh dekonstruksi, merupakan suatu penafsiran tulisan untuk mengilustrasikan pembentukan arti di dalam tulisan tersebut dan menumbangkan wewenang kekuasaan tulisan untuk mengindikasikan kebenaran yang berasal dari luar tulisan. Seperti yang dinyatakan oleh Arrington dan Francis:
Bacaan yang tidak membangun mengungkap bagaimana arti yang tidak dapat dikendalikan dan tidak stabil itu, serta memperlihatkan selubung bahasa dan perintah hukum yang dimasukkan dalam tulisan tersebut.103

Kenyataannya, Arrington dan Francis merupakan orang-orang yang pertama kali menggunakan dekonstruksi untuk menunjukkan bagaimana teori positif dan tradisi empiris tidak diberi nama sebagai bentuk hak-hak istimewa dan wewenang epistemic yang dimiliki oleh sejumlah peneliti akuntansi yang baik. Pilihan mereka atas contoh-contoh teori positif untuk dekonstruksi adalah metodologi dan teori organisasi oleh Jensen.104 Dekonstruksi dalam penelitian akuntansi mengundang banyak upaya untuk mengungkap asumsi tersembunyi dalam tulisan akuntansi. Diasumsikan bahwa seluruh wacana ilmiah bidang akuntansi, termasuk uraian historis, pada dasarnya retoris.Para penganut dekonstruksi akuntansi akan mengkritik tulisan akuntansi melalui berbagai teknik termasuk demythologizing, decanonizing, dephallicizing, atau de-faming.

XI. AKUNTAN AKADEMIK : SUATU KELAS UNIVERSAL YANG CACAT

Suatu elemen didalam susunan konfliktual baru adalah suatu kelas baru akuntan akademik. Proleratiat sebagai suatu kelas universal, dapat paling baik dijelaskan oleh teori Marx dan Engels mengenai “kelas universal dari proletariat,” menyangkal kritik dan keraguan-keraguan bahwa proletariat dapat mengembangkan kesadaran yang diperlukan untuk menjalankan fungsinya sebgai suatu kelas universal. Gouldner bergabung dengan kelompok yang mengkritik dengan pendapat bahwa kelas terendah tidak akan pernah dapt memiliki kekuasaan dan bahwa diseluruh dunia selama abad ke 20, satu kelas intelektual baru telah mulai muncul, yang tampak seperti kelas universal yang didefinisikan oleh Hegel tetapi tidak merupakan suatu kelas universal. Kelas baru tersebut oleh karenanya menjadi kelas universal yang cacat.
Ia mengemukakan dua usulan utama; pertama, munculnya “kelas baru” yang terdiri atas intelektual humanistic dan kecerdasan teknis, dimana universalismenya adalah sangat cacat dan kedua bertumbuhnya dominasi dari kelas tersebut seperti seorang borjuis cultural dan memiliki monopoli atas modal cultural dan profesionalisme dari mana ia memperoleh kekuatannya.
Kelas yang baru ini meliputi kecerdasan teknis dan manusia. Kelas ini membentuk satu komunitas penceramah yang berbagi budaya berdiskusi kritis (Culture of critical discourse-CCD). Budaya berdiskusi kritis ini adalah konsep yang didapatkan dari sederetan program linguistik yang berbeda-beda dan diidentifikasikan dalam sosiolinguistik. Definisinya pun serupa. Budaya berdiskusi kritis adalah seperangkat aturan yang telah mengalami evolusi sepanjang sejarahnya, suatu tata bahasa dalam berdiskusi yang (1) diharapkan akan membenarkan pernyataan-pernyataannya, (2) dimana cara-cara pembenarannya tidak diawali dengan melibatkan pihak yang berwajib dan (3) cenderung untuk mendapatkan persetujuan secara sukarela dari mereka yang dibahas dengan sepenuhnya atas dasar argumentasi yang dibahas. Hal ini merupakan suatu budaya berdiskusi secara kritis dimana tidak ada satu pun hal yang oleh para pembicara, berdasarkan prinsip, ditolak untuk dibahas secara permanen atau membuat masalah; tentu, mereka bahkan bersedia untuk berbicara mengenai nilai dari pembicaraan itu sendiri dan kemungkinan kerugiannya untuk berdiam diri atau mempraktikkannya.
Tata bahasa ini adalah struktur dalam dari ideology umum diakui bersama oleh kelas yang baru tersebut. Ideology yang dibagi bersama tentang intelektual dan kecerdasan karenanya adalah sebuah ideology tentang pendiskusian. Terpisah dari bahasa-bahas teknis yang mendasar atau sosiolek yang diucapkan oleh profesi spesialis, intelektual dan kecerdasan umumnya memiliki komitimen kepada suatu kebudayaan berceramah kritis. CCD adalah infrastuktur yang laten namun dapat dimobilisir dari bahasa teknis modern. CCD adalah infrastruktur yang laten namun dapat dimobilisir dari intelektual-inelektual modern sekaligus budaya linguistik mereka.
Kelas baru ini memiliki cacat karena ia dianggap bersifat elit dan mencari kepentingan dan kekuasaannya sendiri. Ia tidak mencerminkan kepentingan yang universal. Kelas baru ini dominan karena akses monopolisitiknya terhadap modal cultural. Meminjam teori Pierre Bourdieu mengenai reproduksi cultural, Gouldner mengusulkan bahwa kelas baru ini menggunakan reproduksi cultural untuk mempertahankan kepentingan dan kekuasaannya seperti suatu reproduksi ekonomi yang digunakan untuk melayani kepentingan dari para pemegang modal ekonomi. Oleh sebab itu, para anggota dari kelas baru ini akan mengembangkan proses “akumulasi modal cultural” untuk lebih memajukan kepentingan tertentu mereka dan kepentingan dari mereka yang berbagi budaya berdiskusi kritis.
Kelas yang baru ini bergantung pada pencapaian-pencapaian dalam megkapitalisasi modal dan mengawasi pasokan tenaga kerja terampil secara khusus. Budaya dipancarkan melalui pendidikan dan sosialisasi. Umumnya, telah diketahui bersama bahwa mereka yang mendapatkan pendidikan yang lebih formal memiliki penghasilan seumur hidup lebih tinggi dari mereka yang kurang mampu untuk mendapatkannya. Laba yang meningkat ini mencerminkan nilai modal dari peningkatan pendidikan. Hal ini memberikan mereka suatu posisi yang istmewa dipasar tenaga kerja dan kemungkinan untuk meraih suatu posisi kelas yang dominan. Tren ini telah dimulai dengan kelas baru yang mengembangkan suatu tingkat status kesadaran yang tinggi untuk melindungi keistimewaan mereka (misalnya, kebebasan akademik untuk melakukan penerbitan, untuk meninjau, untuk merekrut, dan lain-lain).
Apakah ketersediaan penelitian akuntansi oleh para akuntan akademik dianggap sebagai respons atas tuntutan akan pengetahuan yang bebas nilai atau untuk menuntut pasar akan alasan-alasan, akuntan akademik juga dimotivasi pula oleh kepentingan pribadi dan kebutuhan yang semakin mendesak untuk mengeluarkan penerbitan. Mereka telah memperoleh suatu kekuasaan yang dikaitkan dengan monopoli mereka atas modal akuntansi cultural. Temuan-temuan penelitian telah memberikan mereka kekuatan konsultasi dan pembuatan kebijakan untuk memajukan kepentingan mereka sendiri daripada kepentingan universal. Bagi suatu budaya berdiskusi kritis, mereka telah mengembangkan repertoire linguistic mereka, yang membedakan mereka dari komunitas diskusi akuntansi yang lain. Sebagai suatu kelas baru, para akuntan akademik juga bergantung pada prestasi sebagai criteria untuk keanggotaan, termasuk gelar Ph,D, dan terbitan di jurnal-jurnal yang tepat.
Menurut Gouldner, profesionalisme adalah salah satu ideology umum dari kelas baru, profesionalisme adalah klaim kelas baru yagn tak perlu diutarakan tentang keunggulan teknis dan moral mereka diatas kelas yang lama. Profesionalisme menghilangkan wewenang secara diam-diam dari kelas yang lama. Melalui peran profesionalisme yang baru, akuntan akademik mengklaim wilayah penelitian cultural mereka sendiri, dan dalam prosesnya menerima kompensasi yang lebih tinggi dari system pasar karena menerima peran professional tersebut. Para intelektual yang bersedia untuk berperilaku sebagai professional diperkenankan untuk membentuk suatu strata yang relative berdiri sendiri dengan perhatian khusus. Mereka dapat menggunakan mekanisme lisensi dan asosiasi-asosiasi profesional untuk membuat monopoli-monopoli didalam pasar mereka. Fragmentasi dari American Accounting Association dengan bagian cultural terpisah menjadi bukti fenomena ini.
Fragmantasi yang sama mengarahkan para peneliti akuntansi lebih ke arah kebijakan (tindakan) politik dengan segera daripada ke arah formulasi teoretis dari masalah-masalah dengan tingkat signifikan umum. Hubungan dekat dengan pembuat kebijakan yang baru ini, apakah itu FASB, SEC, AAA, atau institusi yang lainnya, menjadikannya sebagai seorang intelektual birokratis yang menjalankan fungsi-fungsi penasihat dan teknis di dalam suatu birokrasi daripada intelektual yang memilih untuk tetap tidak terkait dengan birokrasi.
Intelektual birokratis menyempit menjadi seorang ideology karena ia mengalihkan atau meningglakan pencarian suatu pemahaman yang universal dan komprhensif dari kenyataan social, cultural dan fisik, serta lebih memilih arbitrase yang penting dengan segera dari kebijakan-kebijakan atau rangkaian tindakan yang bertentangan. Peran tersebut merupakan suatu hal yang disayangkan jika kita menganut asumsi yang berlaku bahwa kekhususan dari aktivitas intelektual yang menghubungkan atau membatasi penyelidikan akademik pada kepentingan-kepentingan atau kebutuhan social yang spesifik, akan berujung pada kejatuhan dari suci dan baik kea lam ideology yang tidak terhormat.
Sebagai tambahan dengan peran pengajar yang terlibat di dalam proses penciptaan ilmu pengetahuan formal dan bukannya hanya sekedar transmisi, para intelektual bergerak kea rah peranan rasionalisasi. Seperti yang disarankan oleh Shils, disemua masyarakat modern (baik liberal maupun totaliter) tren dari abad ini adalah meningkatkan tekanan kea rah homogenitas internal dikarenakan oleh adanya penggabungan para intelektual dalam organisasi masyarakat. Para intelektual berfungsi untuk menguraikan hukum yang mendasari dari organisasi nasional dan social relevan terhadap perkembangan dan penerapan rutin dari pengetahuan ilmiah kepada produksi ekonomi dan organisasi sosialnya. Permintaan ini sebagian besar datang dari negara untuk membantu dan melakukan reorientasipopulasi massa dan dalam mengembangkan kebijakan untuk memperbaiki dan mencegah berbagi gangguan. Sebagai hasilnya, para intelektual umumnya bekerja dibawah perlindungan dari kelas yang berkuasa atau dari institusi yang dikendalikan oleh mereka. Para intelektual akuntansi cocok dengan skenario-skenario yang digambarkan karena mereka berusaha untuk memberikan alasan-alasan yang tepat dan menciptakan sebuah kelas universal yang baru namun memiliki kecacatan.

XII. KESIMPULAN
Akuntansi mungkin dapat didekati dari sudut pandang filsafat ilmu. Hasil penelitian akuntansi tidak perlu dipandang sebagai suatu nilai yang meragukan atau secara teoretik belum sempurna. Lebih lanjut, penelitian akuntansi menemukan indikasi bahwa kejadian-kejadian akuntansi mengikuti pola keberhasilan revolusi yang diteorikan oleh Kuhn. Pada bab'ini kita telah menggunakan definisi "paradigma' yang relevan dengan akuntansi. Komponen penting dalam sejumlah paradigma adalah eksemplar, gambaran pokok masalah, teori-teori, dan metode-metode. Definisi kami membantu kita untuk mengidentifikasi dan menggambarkan paradigma-paradigma yang bersaing dalam bidang akuntansi seperti:
1. Paradigma anthropological/inductive.
2. Paradigma true-income/deductiue.
3. Paradigma decision-usefulness/decision-model
4. Paradigma decision-usefulness/decision-maker/agregat-market-behauior.
5. Paradigma decision-usefulness/decision-maker/individual-user.
6. Paradigma information/economic.

Masing-masing paradigma tersebut merupakan objek investigasi dan penelitian yang ditetapkan oleh komunitas ilmiah, sebuah paradigma membentuk suatu pemikiran logis yang saling berkaitan (coherent), mempersatukan berbagai sudut pandang—suatu bentuk Weltanschauung—yang menentukan cara bagaimana para pengikutnya memandang penelitian, praktik, dan bahkan pendidikan akuntansi. Dalam hubungannya dengan kontinuitas dan pengembangan dalam disiplin akuntansi, paradigma-paradigma ini seharusnya tidak dipertimbangkan sebagai sesuatu yang absolut dan kebenaran pengetahuan yang bersifat final. Di samping itu, paradigma-paradigma tersebut seharusnya menjadi subjek verifikasi dan pengujian yang konsisten sebagai upaya untuk mencari kemungkinan anomali.
Sebagian besar ilmuwan dan filsuf mempertahankan pandangan mereka bahwa ilmu pengetahuan tidak akan pernah dapat dibuktikan. Popper berpendapat bahwa walaupun suatu teori pada akhirnya tidak dapat dibuktikan "kebenarannya", namun pada akhirnya dapat dibuktikan "kesalahannya".105 Dikenal secara umum sebagai dugaan terhadap kesalahan, atau teori penolakan, teori Popper berpendapat bahwa agar dapat diakui secara ilmiah, sebuah teori bersifat memiliki kesalahan. Bentuk-bentuk pembuktian kesalahan yang diperoleh dari pandangan Kuhn diistilahkan sebagai sophistication falsi¬fication, yang oleh Lakatos diringkas sebagai "tidak ada eksperimen, laporan eksperimental, laporan pengamatan, atau yang secara teoretik menguatkan, hipotesis kesalahan tingkat rendah, yang secara individu dapat membuktikan adanya kesalahan. Tidak ada pembuktian kesalahan sebelum munculnya teori yang lebih baik."106 Suatu teori yang lebih baik merupakan teori yang "menawarkan ide-ide lain, informasi yang lebih banyak, perbandingan dengan teori-teori terdahulu", dan "informasi yang lebih banyak tersebut bersifat menguatkan".107 Perbedaan antara naive falsification-nya Pop¬per dengan sophisticated falsification adalah bahwa sophisticated falsification mewajibkan keberadaan teori yang lebih baik. Lakatos menguraikan bahwa para pengikut sophisti¬cated falsification:
... membuat unfalsifiable melalui perintah berdasarkan aturan dari sejumlah pernyataan bersifat tunggal, yang dapat dibedakan dengan kenyataan bahwa pada saat yang bersamaan ada suatu "teknik yang relevan", seperti bahwa "setiap orang yang mempelajarinya" akan mampu memutuskan bahwa pernyataan tersebut dapat diterima.
... Keputusan ini kemudian diikuti dengan bentuk keputusan kedua yang menekankan pemisahan pernyataan dasar penerimaan dari dasar lainnya. ... Secara metodologis, para jalsificationist mengakui bahwa dalam "teknik-teknik eksperimental" yang digunakan para ilmuwan, dilibatkan pula teori-teori yang salah, dalam upayanya untuk menginterpretasikan kenyataan. Di samping itu, menurut penerapan metodologi falsification dalam teori-teori tersebut, para peneliti mengharapkan keberadaan metodologi tersebut berwujud bukan sebagai teori yang perlu pengujian namun sebagai pengetahuan yang tidak dilatarbelakangi masalah (unproblematic background knowledge), yang kita terima (sementara) sebagai tidak adanya masalah saat kita lakukan pengujian terhadap teori tersebut.
... Selanjutnya, sekarang teori-teori problematis dapat dikategorikan sebagai "ilmu pengetahuan": walaupun teori-teori tersebut tidak memiliki kemampuan untuk dibuktikan kesalahannya, namun dapat dibuat salah dengan menambahkan bentuk keputusan ketiga, yang dapat dibuat oleh para ilmuwan dengan menspesifikasikan aturan penolakan khusus yang mungkin secara statistik merupakan bukti interprestasi "yang tidak konsisten" dengan teori probabilistic108
Hal ini mungkin merupakan sikap yang diperlukan dalam menghadapi paradigma-paradigma yang bersaing dalam akuntansi.







DAFTAR PUSTAKA
Riahi dan Belkaoui, Ahmed. 2004. Accounting Theory Edisi Kelima. Singapura : Thomson. Jakarta : Salemba Empat.